BANTENRAYA.COM – Perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan alias Artificial Inteligent atau AI membuat banyak pihak mempertanyakan masa depan profesi guru.
Namun, pengamat pendidikan dari Universitas Bina Bangsa, Hilman, menegaskan bahwa guru memiliki peran yang tidak dapat digantikan oleh mesin, terutama dalam aspek keteladanan dan pembentukan perilaku.
Hilman menegaskan kembali relevansi tiga semboyan pendidikan Ki Hajar Dewantara: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Ia menjelaskan bahwa ketiga prinsip itu menjadi fondasi pendidikan lintas zaman.
“Semboyan Ki Hajar Dewantara itu berarti di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan. Nilai-nilai ini tidak akan pernah lepas dari zaman apa pun,” ujarnya, Senin, 24 November 2025.
BACA JUGA: Andika Hazrumy Minta Pengurus Golkar Kota Serang Kader yang Mau Bekerja
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Bina Bangsa ini menyoroti bahwa aspek transfer of behavior atau transfer perilaku menjadi kunci utama yang tidak dapat dilakukan oleh kecerdasan buatan. Inilah yang ditekankan dan dikedepankan oleh seorang guru, yaitu memberikan teladan baik bagi murid.
“Guru itu, secara langsung atau tidak langsung, mengajarkan behavior. Inilah aspek yang memang tidak diajarkan oleh teknologi,” tegasnya.
“Poin pertama yang tidak akan bisa digantikan oleh artificial intelligence adalah transfer of behavior. Guru diharapkan menjadi teladan.”
Menurut Hilman, prinsip ing ngarso sung tulodo menekankan bahwa guru wajib menjadi contoh, terutama di tengah meningkatnya kemampuan kritis siswa di era digital. Teladan diutamakan pada sikap atau kecerdasan emosi.
Meski demikian, Hilman tidak menampik peran internet dan teknologi dalam pendidikan. Ia menilai bahwa digitalisasi, termasuk melalui program ISP (Interactive Slide Channel) yang dikeluarkan pemerintah, mempercepat akses informasi dan literasi digital. Dalam transfer pengetahuan, guru bisa saja “kalah pintar” dengan mesin. Karena itu, guru harus terus melakukan pengembangan diri, terutama pada pengetahuan.
BACA JUGA: Andika Hazrumy Minta Pengurus Golkar Kota Serang Kader yang Mau Bekerja
“Apakah guru bisa dikalahkan oleh internet? Bisa saja. Tapi ada beberapa aspek yang hanya bisa dilakukan oleh guru. Karena itu, guru juga harus melek teknologi agar tidak disingkirkan oleh teknologi,” jelasnya.
Ia menekankan keseimbangan antara transfer perilaku, transfer pengetahuan (transfer of knowledge), dan transfer informasi (transfer of information) yang tetap harus dijaga oleh para pendidik. Bila ketiga prinsip ini dimiliki oleh guru, maka sampai kapan pun guru tidak akan tergantikan oleh teknologi paling canggih sekalipun.
“Jika guru berpegang pada tiga prinsip Ki Hajar Dewantara, profesi ini tidak akan tergantikan zaman apa pun.”
Mengenai isu ketegasan guru yang kerap dikaitkan dengan pelanggaran HAM bahkan hukum, Hilman menilai bahwa sekolah harus memiliki kesepakatan yang jelas sejak awal, melibatkan komite, guru, dan orang tua.
Kesepakatan itu antara lain tentang hukuman apa saja yang bisa diberikan kepada siswa ketika mereka melanggar aturan sekolah.
BACA JUGA: Guru di Kabupaten Serang Dituntut Pelajari AI
Ketika pemberian hadiah/ apresiasi (reward) dan hukuman (punishment) sudah disepakati, maka dia yakin masalah tidak akan muncul.
Apalagi sampai pada pelaporan kepada polisi karena dugaan tindak kekerasan atau kriminal. Sebab menurutnya tindakan tegas kepada siswa perlu tetap ditegakkan.
“Tindakan tegas perlu dilakukan, tetapi harus sesuai dengan kesepakatan dengan orang tua,” katanya seraya menekankan perlunya sinergi antara sekolah dan keluarga agar tidak terjadi miskomunikasi dalam proses pendidikan siswa.
Hilman juga menyoroti persoalan kesejahteraan guru, terutama di sekolah swasta.
Menurutnya, tata kelola institusi menjadi faktor kunci apakah sebuah sekolah, terutama sekolah swasta, dapat memberikan kesejahteraan kepada guru atau tidak.
BACA JUGA: Kepala Dindikbud Cilegon Ungkap 42 Persen Guru Terlibat Pinjol Ilegal
“Jika kita berpandang pada pilar tata kelola—kredibilitas, adil, transparansi, akuntabel, dan bertanggung jawab—seharusnya tidak ada pihak yang dirugikan,” ungkap Hilman.
Ia menjelaskan bahwa kualitas guru dan kredibilitas administrasi menjadi bagian penting dari sistem tata kelola yang baik.
Dengan itu, sekolah swasta pun dapat memberikan kesejahteraan yang layak. Ketika lima pilar tata kelola dijalankan, dia meyakini sekolah akan mampu memberikan kesejahteraan yang baik kepada para guru.***



















