BANTENRAYA.COM – Mahasiswa melakukan aksi refleksi Kota Cilegon ke-26 di halaman Kantor Walikota Cilegon, Senin 28 April 2025.
Dalam aksi tersebut mahasiswa melontarkan kritik terhadap kepemimpinan Walikota Cilegon Robinsar yang menyebut walikota sosmed alias Media Sosial.
Aksi sendiri dilakukan mahasiswa dari kelompok Ikatan Mahasiswa Cilegon (IMC) pada pukul 14.00 WIB.
Baca Juga: Jalan Rusak, Warga Wanasalam Lebak Terpaksa Ditandu Sejauh 2 KM untuk Berobat
Kemudian disusul aksi dari BEM Banten Bersatu Wilayah Cilegon pada pukul 16.00 WIB hingga 18.30 petang.
Mahasiswa melakukan orasi dan menempelkan berbagai tulisan terhadap berbagai masalah yang ada.
Tidak selesai di sana, karena tidak ada tanggapan dari Pemkot Cilegon, mahasiswa melakukan aksi nekat dengan masuk melalui pagar di halaman upacara Kantor Walikota Cilegon untuk melakukan orasi sampai pada pukul 18.00 WIB.
Baca Juga: Ambil Paksa HP Iphone, IRT di Kabupaten Serang Terancam 15 Tahun Penjara
Ketua IMC Ahmad Maki dalam orasinya, mempertanyakan soal kesehatan dari Pemkot Cilegon. Hal itu dipertanyakan karena 26 tahun Cilegon masih banyak masalah yang harus diperbaiki.
“Sehatkah pemerintah daerah hari ini? Refleksi 26 tahun Kota Cilegon menggambarkan banyaknya masalah yang harus diperbaiki oleh pemerintah,” ujarnya.
“Pemerintah harus berani menghadapi kenyataan dan berkomitmen untuk melakukan perbaikan menyeluruh di berbagai sektor,” katanya dalam rilis aksi.
Baca Juga: Penyebab dan Gejala Penyakit Ginjal yang Harus Diwaspadai Sebelum Fatal
Maki menjelaskan, meski telah berkembang menjadi pusat industri yang maju, Kota Cilegon menghadapi berbagai masalah mendasar yang berpengaruh langsung terhadap kualitas hidup masyarakatnya.
“Kondisi yang ada saat ini menunjukkan adanya ketimpangan dalam pendidikan, kesehatan, kualitas infrastruktur, pelayanan publik,” paparnya.
“Kemudian soal ketenagakerjaan, pengembangan wilayah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat yang perlu segera mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah,” jelasnya.
Baca Juga: Tower BTS di Pabean Dikeluhkan Warga, Lurah Pastikan Segera Atur Pertemuan Bersama Vendor
Dari sisi pendidikan, lanjut Maki, masih menjadi sorotan karena tingginya angka putus sekolah.
“Sebanyak 13,24 persen siswa dan siswi di Kota Cilegon tercatat mengalami putus sekolah, menjadikan Cilegon sebagai kota dengan tingkat putus sekolah tertinggi ketiga di Provinsi Banten,” jelasnya.
Sisi kesehatan, imbuh Maki, masih sangat memprihatinkan karena jumlah warga terpapar Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) karena polusi udara tinggi, termasuk juga angka stunting yang kurang menggembirakan.
Baca Juga: Perut Buncit Bisa Hilang dengan Jalan Kaki! Inilah Rahasianya yang Wajib Kamu Tahu
“Kesehatan juga menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan. Pada tahun 2024, sebanyak 34.000 warga terindikasi terpapar Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),” ungkapnya.
“Selain itu, kasus stunting yang masih mencapai 876 anak menjadi masalah besar yang perlu perhatian serius dalam upaya pemenuhan gizi dan kesehatan anak,” katanya.
“Tak hanya itu, penularan HIV juga meningkat signifikan, dengan 131 kasus tercatat pada bulan Maret 2025,” imbuhnya.
Baca Juga: Sinopsis dan Daftar Pemain Film Jalan Pulang yang Tayang di Bioskop Juni 2025
Belum lagi, tegas Maki, pelayanan publik di Kota Cilegon juga diwarnai oleh adanya indikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme yang merugikan masyarakat.
“Ini menambah daftar panjang permasalahan yang menghambat perkembangan daerah dan menciptakan ketidakpercayaan publik terhadap aparatur pemerintah,” jelasnya.
Maki menyatakan, dalam hal ketenagakerjaan, masih ada angka pengangguran di Kota Cilegon pada tahun 2024 tercatat sebanyak 12.141 orang itu bukan jumlah yang sedikit.
“Masih banyak ditemukan kawasan kumuh, rumah yang tidak layak huni, dan keterbatasan fasilitas air bersih,” tuturnya.
“Kondisi ini menunjukkan ketidakmerataan dalam pemerataan kesejahteraan dan kebutuhan dasar masyarakat,” jelasnya.
Setelah aksi IMC, selanjutnya menyusul aki dari BEM Banten Bersatu Wilayah Cilegon pada pukul 16.00 WIB yang masih bertahan hingga pukul 18.30 WIB.
BEM dalam kesempatan tersebut menyampaikan kritik soal walikota yang masih suka pencitraan di Medsos, sehingga menyebutnya walikota medsos.
Baca Juga: GRATIS! Link Download Logo Hardiknas 2025, Lengkap dengan Tema, Makna dan Filosofinya
“Kalau untuk walikota medsos itu kinerjanya terlalu aktif di media sosial tapi tidak ada kenyataanya. Visual saja bagus dan realitas tidak ada,” ungkap Aan Solihan salah satu peserta aksi dari BEM Banten Bersatu Wilayah Cilegon dalam orasinya.
Aan yang merupakan Wakil Presiden (Wapres) BEM Universitas Al Khairiyah menegaskan, masih banyak pekerjaan rumah yang seharusnya diselesaikan secara nyata tanpa adanya pencitraan medsos saja.
Misalnya 30 persen ruang terbuka hijau (RTH), infrastruktur dan lainnya.
“Menyediakan RTH yang memadai untuk masyarakat, meningkatkan kualitas pendidikan dengan memperbaiki infrastruktur sekolah dan meningkatkan perhatian pada sekolah-sekolah yang membutuhkan, lalu mengawasi, memastikan, dan transparansi CSR perusahaan digunakan untuk kepentingan masyarakat,” ucapnya.
Lalu ada lagi, imbuh Aan, soal peningkatan SDM, tenaga kerja dan polusi udara yang harus diselesaikan.
“Meningkatkan SDM masyarakat Kota Cilegon untuk persiapan bekerja di perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memberikan lapangan pekerjaan untuk putra daerah dan menyelesaikan masalah polusi udara dengan mengimplementasikan kebijakan yang efektif,” pungkasnya. ***

















