BANTENRAYA.COM – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak mencatat 41 kejadian bencana tanah bergerak sepanjang 2025. Dari total kejadian tersebut, 60 rumah milik warga dinyatakan mengalami kerusakan.
“Sebagian besar mengalami retak pada dinding dan lantai. Ada yang rusak ringan, sedang, hingga berat. Untuk rumah earga Lebak yang ambruk total masih perlu pendataan lanjutan,” kata Sekretaris BPBD Lebak, Febby Rizki Pratama, Selasa, 23 Desember 2025.
Dari total kejadian, Febby menyebut bahwa Kecamatan Cilograng dan Cikulur, Lebak merupakan wilayah dengan dampak kerusakan paling parah. Bahkan di tahun 2025 ini, fenomena pergerakan tanah termasuk yang paling masif terjadi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
“27 kecamatan itu sebetulnya punya risiko. Tapi Cilograng dan Cikulur paling rawan. Tahun 2025 ini juga kejadian tanah bergerak paling tinggi,” imbuhnya.
Menurut Febby, ada perbedaan pemicu kasus tamah bergerak di masing-masing kecamatan. Artinya, penanganan yang dilakukan juga memiliki perbedaan di Lebak.
BACA JUGA : Retribusi Parkir dan PAD Pasar Anjlok di Kabupaten Lebak
“Faktor utamanya bisa jenis tanah, pembebanan tanah, hingga curah hujan. Tapi setiap kasus harus dilihat secara spesifik,” terang dia.
BPBD Lebak mengakui telah melakukan diskusi intensif dengan Badan Geologi, namun keterbatasan kajian spesifik di beberapa wilayah rawan, seperti Cikulur, masih menjadi kendala.
“Ke depan, kami akan lebih serius menyusun strategi mitigasi pergerakan tanah. Karena trennya cukup intens dan terus berulang,” tandasnya. (***)















