BANTENRAYA.COM – Di sudut-sudut Kota Serang, ibu-ibu pengajian tak hanya membicarakan tafsir dan hadis, tetapi juga tren kosmetik halal, agen umrah terbaru, dan sekolah Islam untuk anak-anak mereka.
Fenomena ini bukan sekadar gejala lokal, melainkan bagian dari transformasi besar dalam cara kelas menengah Muslim urban di Indonesia memahami, mengekspresikan, dan mempraktikkan Islam di ruang publik dan privat.
Pasca kejatuhan Orde Baru 1998, Indonesia memasuki fase demokratisasi yang membuka ruang luas bagi ekspresi keagamaan.
Baca Juga: Ambil 11 Kode Voucher Shopee Hari Ini, Belanja Produk Incaran Lebih Hemat dengan Ekstra Diskon
Di kota-kota seperti Serang, ekspresi ini melahirkan bentuk-bentuk baru dari kesalehan komunal yang terikat erat dengan konsumsi dan gaya hidup.
Apa yang kita saksikan hari ini adalah pertemuan antara kesalehan, komodifikasi agama, dan identitas politik Islam.
Penulis telah meneliti kelompok-kelompok pengajian eksklusif di kompleks-kompleks perumahan kelas menengah di Serang.
Baca Juga: Info Loker PT Hillconjaya Sakti Terbaru 2025, Posisinya Sebagai General Affair Admin
Meski bersifat privat dan eksklusif, kelompok ini aktif membahas isu-isu global Islam, menyatakan diri sebagai pemeluk Islam “sejati”, dan menyerap pengaruh Salafisme yang menolak praktik keagamaan lokal.
Pengajian urban menjadi ruang di mana otoritas keagamaan baru dibentuk di luar struktur tradisional seperti pesantren dan ormas Islam.
Tidak hanya lewat forum pengajian, ekspresi keislaman ini juga tampak dalam pilihan pendidikan.
Baca Juga: 5 Keutamaan Ibadah Kurban di Idul Adha 2025, Amalan yang Paling Dicintai oleh Allah SWT
Yanwar Pribadi menunjukkan bagaimana sekolah-sekolah Islam di Serang menjadi simbol identitas Islam kelas menengah yang konservatif.
Sekolah-sekolah ini, yang sebagian besar tergabung dalam jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), menekankan pada ajaran Salafi dan kerap menjauhkan diri dari tradisi keislaman lokal seperti yang diwariskan NU dan Muhammadiyah.
Di sisi lain, para ibu rumah tangga di Serang juga aktif menunjukkan kesalehan melalui penampilan.
Baca Juga: Dinilai Tak Untungkan Pemerintah dan Masyarakat, Hasbi Jayabaya Dorong Revisi Perda CSR
Yanwar Pribadi menyebut bahwa kosmetik halal dan perawatan kecantikan kini menjadi bagian penting dari gaya hidup Muslimah urban.
Kosmetik dan perawatan halal bukan hanya soal estetika, tetapi juga pernyataan identitas keislaman di ruang publik.
Sebagai kota yang mengalami pertumbuhan ekonomi dan sosial sejak menjadi Ibu Kota Provinsi Banten pada tahun 2000, Serang menjadi medan pertemuan.
Baca Juga: Link Nonton Tastefully Yours Episode 4 Sub Indo Full Movie Lengkap dengan Sinopsis
Pertemuan antara Islam tradisional warisan Kesultanan Banten dan Islam gaya baru yang dibentuk oleh globalisasi, kapitalisme religius, dan demokrasi elektoral.
Dalam konteks ini, urbanisasi tak hanya mengubah lanskap fisik kota, tapi juga cara masyarakat merumuskan makna religiusitas.
Yang menarik dari fenomena ini bukan hanya munculnya pengajian eksklusif atau menjamurnya sekolah Islam, tetapi bagaimana kelas menengah Muslim membentuk ruang-ruang baru untuk menegosiasikan otoritas, identitas, dan praktik keagamaan mereka.
Baca Juga: Kabar Duka! Suami Najwa Shihab, Ibrahim Sjarief Meninggal Dunia
Dengan segala kompleksitasnya, apa yang terjadi di Serang mencerminkan arah baru perkembangan Islam urban di Indonesia.
Islam tidak hanya hidup di masjid atau madrasah, tetapi juga di salon kecantikan, pusat perbelanjaan, hingga ruang kelas sekolah swasta.
Di sanalah kesalehan, identitas, dan konsumsi saling berkelindan dalam wajah baru Muslim Indonesia.
Penulis adalah Yanwar Pribadi
Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.***



















