Selasa, 18 November 2025
Banten Raya
  • Daerah
  • NasionalNew
  • Pendidikan
  • Opini
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi
  • Hukum & Kriminal
No Result
View All Result
Banten Raya
  • Daerah
  • NasionalNew
  • Pendidikan
  • Opini
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi
  • Hukum & Kriminal
Selasa, 18 November 2025
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Banten Raya
  • Daerah
  • Nasional
  • Pendidikan
  • Opini
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi
  • Hukum & Kriminal

Musik Klasik dan Etika Kehidupan

Administrator Oleh: Administrator
19 Oktober 2025 | 12:49
musik klasik

Musik Klasik dan Etika Kehidupan oleh Novita Sari Yahya. (Dok. Pribadi)

Bagikan Ke WhatsAppBagikan Ke FacebookBagikan Ke TwitterBagikan Ke Telegram

Oleh: Novita Sari Yahya

BACAJUGA:

pemuda

Pemuda Bersatu dan Bergerak: Menyalakan Api Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa

27 Oktober 2025 | 10:52
Diana Olipia,  Program Studi Administrasi Negara Universitas Pamulang - Serang

Menimbang Keadilan dalam Dunia Pendidikan: Antara Tanggung Jawab dan Kebijakan yang Tergesa-gesa

23 Oktober 2025 | 14:30
Hari santri

Hari Santri Nasional 2025: Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia

21 Oktober 2025 | 20:30
Sekolah

Siswa Mogok Sekolah Karena Tak Terima Temannya Dihukum, Pendidikan Moral dan Adab Dibutuhkan Segera

14 Oktober 2025 | 11:14

Nada yang Menjadi Jiwa

Banyak orang mengenal musik klasik hanya sebagai kemampuan memainkan alat musik tanpa menangkap kedalaman nada dan simfoni yang terkandung di dalamnya. Ayah saya, seorang pemain biola dan piano, selalu memutar musik klasik setiap pagi di rumah kami. Keluarga besar Yahya terbiasa memainkan piano; bahkan sepupu saya menjadi guru musik piano.

Saya sendiri tidak mahir bermain piano, tetapi belajar meresapi harmoni musik klasik yang membentuk pandangan saya tentang persoalan, etika, dan kedalaman emosi dalam sastra. Musik klasik bukan sekadar rangkaian nada, melainkan disiplin rasa yang mengajarkan keseimbangan dan kesabaran, melatih kehalusan hati sekaligus ketegasan berpikir.

Menurut Hallam (2010) dan Juslin & Sloboda (2011), pembelajaran musik klasik melatih keteraturan berpikir dan kontrol emosi melalui aktivasi area otak prefrontal yang berperan dalam pengambilan keputusan moral. Dengan kata lain, musik menjadi wahana untuk membentuk keseimbangan antara logika dan perasaan.

Musik adalah cermin jiwa: ia menuntut kepekaan, pengendalian diri, dan kejujuran dalam berekspresi. Dari sana, seseorang belajar untuk berpikir indah, bersikap anggun, dan hidup dalam irama harmoni batin.

Warisan Harmoni dalam Keluarga

Ibu saya seorang penari tradisional Minang dan pernah menjadi utusan pertukaran pemuda Indonesia–Malaysia pada masa Wali Kota Padang, Achirul Yahya. Dari ibu, saya belajar bahwa seni tidak hanya soal gerak, tetapi juga keselarasan jiwa dan budi pekerti. Gerak tari, seperti halnya harmoni musik, adalah bahasa keindahan yang berakar pada kejujuran rasa.

Di keluarga kami, musik klasik bukan sekadar hiburan, tetapi bentuk pendidikan rasa. Ayah dan kakek saya sering berkata, “Orang yang peka pada musik tidak akan tega menghancurkan harmoni kehidupan.” Kalimat itu sederhana, namun mengandung nilai moral yang dalam: bahwa etika lahir dari kesadaran akan keseimbangan.

Pernyataan ini sejalan dengan gagasan John Dewey (1934) dalam Art as Experience bahwa pengalaman estetika melatih kesadaran etis, karena keindahan menuntut keharmonisan antara rasa, tindakan, dan nilai. Pendidikan rasa melalui seni, menurut Eisner (2002), merupakan bagian penting dalam pembentukan karakter manusia yang peka dan berempati.

Bagi saya, pelatihan musikal sejak dini membentuk karakter. Menanamkan disiplin, kesabaran, empati, dan nilai-nilai yang kelak menjadi fondasi moral seseorang. Musik klasik mengajarkan kita untuk mendengar lebih dalam: tidak hanya bunyi, tetapi juga keheningan di antara nada.

Musik dan Karakter Bangsa: Refleksi dari Para Pemimpin

Sejarah memberi banyak contoh bagaimana musik membentuk karakter tokoh bangsa. Gus Dur, penggemar Mozart dan Beethoven, melihat musik klasik sebagai bentuk kebijaksanaan. Ia sering berkata bahwa musik menumbuhkan kesabaran dan kemampuan mendengar, dua hal yang menjadi inti kepemimpinan moral.

Mohammad Natsir dikenal memainkan biola dan berdebat dengan lembut, tetapi tajam. Bung Hatta, sebagaimana ditulis dalam Hatta: Memoir (1979), memang mencintai seni dan musik klasik sebagai bagian dari renungannya di masa pengasingan. Adapun Sutan Sjahrir, sebagaimana dijelaskan oleh Suryadinata (2010), memiliki latar budaya Belanda yang kuat dan minat pada kesenian Eropa.

Keempat tokoh ini menunjukkan bahwa musik dan seni membentuk pandangan hidup penuh harmoni. Mereka tidak berteriak untuk membenarkan diri, tetapi membiarkan ide mereka berbicara elegan seperti simfoni yang tertata. Musik klasik, dalam konteks ini, bukan sekadar kesenangan estetis, melainkan latihan moral dan refleksi diri—suatu kebiasaan berpikir teratur dan berperasaan halus yang melahirkan kepemimpinan beretika.

Musik, Neurosains, dan Perilaku Prososial: Tinjauan Empiris

Penelitian modern menunjukkan bahwa musik, termasuk musik klasik, memiliki efek nyata terhadap jiwa dan perilaku manusia. Mendengarkan musik dapat menurunkan kadar stres fisiologis seperti kortisol serta menurunkan detak jantung (Koelsch et al., 2011; de Witte et al., 2020). Musik juga membantu regulasi emosi dan meningkatkan kejernihan berpikir, terutama dalam situasi tekanan (Thoma et al., 2013).

Pelatihan musik jangka panjang terbukti meningkatkan empati dan keterampilan sosial. Menurut Wu et al. (2021), musisi yang terlatih lebih peka terhadap ekspresi emosional orang lain dan memiliki kecenderungan lebih besar untuk bersikap prososial. Efek serupa juga ditunjukkan oleh Kim (2025), bahwa musik dengan emosi positif atau lirik prososial dapat meningkatkan perilaku tolong-menolong.

Namun, klaim populer seperti “Mozart Effect” ternyata terbatas. Menurut meta-analisis Pietschnig et al. (2010), peningkatan kecerdasan yang dihasilkan dari mendengarkan Mozart hanya bersifat sementara dan spesifik pada tugas spasial, bukan peningkatan IQ jangka panjang.

Dengan demikian, pengaruh musik bersifat kondisional, bukan deterministik. Cinta terhadap musik tidak otomatis membuat seseorang bermoral, tetapi melalui proses internalisasi nilai yaitu disiplin, empati, dan kerja kolektif. Musik menjadi sarana pendidikan rasa yang efektif (Rickson, 2003; Wu, 2025).

Temuan ini memperkuat gagasan bahwa musik klasik berperan bukan hanya dalam keindahan, tetapi juga dalam pembentukan karakter sosial dan moral manusia.

BACA JUGA: Belum Move On dengan Kasus SMAN 1 Cimarga, Netizen Masih “Ngerujak” Akun Gubernur Banten Andra Soni

Musik sebagai Cermin Etika dan Estetika

Musik klasik mengajarkan bahwa keindahan lahir dari keteraturan yang terencana dan perasaan yang jujur. Dalam karya Bach, Mozart, dan Chopin, kita belajar keseimbangan antara struktur dan emosi, nalar dan intuisi. Nilai estetika ini juga membentuk etika: kemampuan untuk menimbang, mengatur, dan menghargai perbedaan dalam harmoni.

Secara filosofis, pandangan ini sejalan dengan pemikiran Immanuel Kant bahwa pengalaman estetika yang tertib melahirkan kesadaran moral yang bebas dari dorongan egoistik (Critique of Judgment, 1790). Schopenhauer pun menilai musik sebagai bentuk tertinggi dari kehendak yang teredam, di mana manusia belajar keheningan batin melalui keindahan yang teratur.

Dalam kehidupan sosial dan politik, prinsip musik klasik dapat diterjemahkan sebagai keseimbangan antara ambisi dan moralitas, kekuasaan dan kemanusiaan. Orang yang memahami harmoni tidak akan memaksakan satu nada untuk mendominasi seluruh orkestra. Begitu pula dalam masyarakat, keseimbangan dan keadilan menjadi kunci keharmonisan.

Sastra pun memiliki prinsip serupa. Sastrawan sejati menulis dengan rasa yang diasah oleh pengalaman dan kehalusan batin. Musik klasik melatih pendengaran batin, menjadikan kita peka terhadap ritme kehidupan, harmoni sosial, dan disonansi moral di sekitar kita.

Mendengar Keheningan di Antara Nada

Saya sering berpikir bahwa seseorang yang memahami keindahan musik klasik sulit bertindak kasar. Musik klasik adalah latihan jiwa: membutuhkan pendengaran jernih, kesabaran menunggu puncak melodi, dan kerendahan hati mengikuti irama orkestra.

Dalam dunia yang semakin gaduh, manusia sering kehilangan kemampuan untuk mendengar. Padahal, dalam keheningan di antara nada, tersimpan ruang refleksi yaitu tempat etika, rasa, dan logika berpadu. John Cage pernah berkata bahwa “keheningan juga adalah musik,” sebuah pandangan yang menegaskan nilai introspeksi dalam seni.

Musik klasik, pada akhirnya, bukan sekadar hiburan, melainkan cara hidup. Musik klasik menuntun manusia berpikir dan bertindak selaras antara logika, rasa, dan etika. Dalam kehidupan modern yang penuh kebisingan moral, kita mungkin perlu kembali belajar dari Bach, Beethoven, dan Chopin: bagaimana menemukan keindahan dalam keteraturan dan kebijaksanaan dalam keheningan.

Biodata Penulis

Novita Sari Yahya lahir di Padang. Penulis dan peneliti yang aktif menulis esai tentang sastra, politik, dan kebudayaan. Karya-karyanya dipublikasikan di media nasional dan daerah. Ia percaya keindahan seni dan etika berpikir adalah dua sisi dari satu harmoni kehidupan.

Daftar Referensi

Barton, G. (2002). Abdurrahman Wahid: The Authorized Biography. Equinox.

Dewey, J. (1934). Art as Experience. New York: Minton, Balch & Co.

Eisner, E. (2002). The Arts and the Creation of Mind. Yale University Press.

de Witte, M., Spruit, A., van Hooren, S., Moonen, X., & Stams, G. J. (2020). Music therapy for stress reduction: A systematic review and meta-analysis. Health Psychology Review.

Hallam, S. (2010). The power of music: Its impact on the intellectual, social and personal development of children and young people. International Journal of Music Education.

Koelsch, S., et al. (2011). Effects of music listening on cortisol and sedation requirements during surgery. PLoS ONE.

Kim, H. (2025). Music’s ability to foster prosocial behavior: Theoretical and empirical perspectives. Frontiers in Psychology.

Pietschnig, J., Voracek, M., & Formann, A. K. (2010). Mozart effect: A meta-analysis of studies examining the cognitive effects of listening to music. Intelligence.

Rickson, D. J. (2003). Music therapy to promote prosocial behaviors in adolescents: A pilot study. Journal of Music Therapy.

Suryadinata, L. (2010). Sutan Sjahrir and the Dilemma of Independence. ISEAS.

Thoma, M. V., Ryf, S., Mohiyeddini, C., Ehlert, U., & Nater, U. M. (2013). The effect of music on human stress response. PLoS ONE.

Wu, Y., Luo, Y., & Zhou, X. (2021). Musical training in the development of empathy and prosocial behaviors. Frontiers in Psychology.

Wu, L. (2025). Tunes that move us: Music-induced emotions and prosocial decision-making. Frontiers in Psychology.

Tempo. (2011). Natsir: Politik Santun di Panggung Bangsa.

Hatta, M. (1979). Memoir. Tintamas.

Editor: Burhanudin Raya Rambani
Tags: etika kehidupanmusik klasik
Previous Post

Belum Move On dengan Kasus SMAN 1 Cimarga, Netizen Masih Rujak Akun Gubernur Banten Andra Soni

Next Post

22 Oktober Sebagai Hari Santri Nasional, Inilah 3 Pahlawan yang Bergelar Santri

Related Posts

pemuda
Opini

Pemuda Bersatu dan Bergerak: Menyalakan Api Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa

27 Oktober 2025 | 10:52
Diana Olipia,  Program Studi Administrasi Negara Universitas Pamulang - Serang
Opini

Menimbang Keadilan dalam Dunia Pendidikan: Antara Tanggung Jawab dan Kebijakan yang Tergesa-gesa

23 Oktober 2025 | 14:30
Hari santri
Opini

Hari Santri Nasional 2025: Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia

21 Oktober 2025 | 20:30
Sekolah
Opini

Siswa Mogok Sekolah Karena Tak Terima Temannya Dihukum, Pendidikan Moral dan Adab Dibutuhkan Segera

14 Oktober 2025 | 11:14
presidensialisme
Opini

Presidensialisme vs Parlementer, Manakah yang Lebih Relevan?

8 Oktober 2025 | 21:58
ijazah
Opini

Dampak Debat Ijazah Jokowi Di Masyarakat

3 Oktober 2025 | 08:24
Load More

Popular

  • koperasi merah putih

    Warga Cilegon Akui Belanja di Koperasi Merah Putih Dapat Hemat Pengeluaran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sekda Kota Serang Nanang Saefudin Perintahkan OPD Lakukan Lelang Dini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahasiswa Magister Manajemen UNPAM Latih UMKM Anyer Digital Marketing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KPA Kota Serang Ungkap 147 Kasus Baru HIV, LSL Dominasi Temuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mie Gacoan Cilegon Tuai Keluhan Warga, Bikin Macet Jalan PCI dan Parkir Semrawut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ‎Guru SMPN 22 Kota Serang Dinobatkan Sebagai Duta KORPRI ASN Tingkat Provinsi Banten 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Bojonegara-Pulo Ampel Lumpuh Total, Ribuan Warga Turun ke Jalan Protes Truk Tambang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rayya Aqilah Syaukah, Pelajar MTs di Kota Serang yang Miliki Prestasi Tingkat Nasional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masalah Truk Tambang di Bojonegara dan Pulo Ampel, Bupati Serang Zakiyah Rencanakan Temui Kementerin PUPR Secepatnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Anak Buah Prabowo Ajak Semua Pihak Awasi Operasional Truk Tambang di Banten

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Trending
  • Comments
  • Latest
SMAN 1 Cimarga

Pengakuan Siswi SMAN 1 Cimarga yang Ikut Mogok Sekolah, Bukan Dukung Siswa Merokok tapi……

18 Oktober 2025 | 12:16
Forum Honorer Kota Serang

Forum Honorer Serang Nilai Pelantikan 3.800 PPPK Paruh Waktu sebagai Pelecehan Martabat Pekerja

22 Oktober 2025 | 22:25
SMAN 1 Cimarga

Para Siswa SMAN 1 Cimarga Kena Mental Terus Dipojokan Warganet, Pemkab Lebak Kirim Psikolog

16 Oktober 2025 | 19:45
Walikota Cilegon siap mutasi pejabat eselon II

Daftar 10 Pejabat Eselon II Pemkot Cilegon yang Dijamin Tak Dimutasi Robinsar

10 Oktober 2025 | 08:53

Dukung Pemulihan Ekonomi Nasional, Bjb Backup Total Pembiayaan UMKM

Asooooy… Kepala Desa akan Diajak Studi Banding ke Korea dan China

Seluruh Ospek di Kampus Diputuskan Digelar Online, Termasuk di Banten

Mudik Resmi Dilarang, Efektif 24 April

KNPI Pandeglang

Rakerda KNPI Pandeglang, Luncurkan LBH dan LENTERA untuk Perkuat Gerakan Pemuda

18 November 2025 | 20:30
Banjarsari Lebak Banjir

20 Rumah di Banjarsari Lebak Terendam Banjir, Warga Salahkan Hal Ini

18 November 2025 | 20:15
kopi keliling

Beli Tanpa Antre, 4 Brand Kopi Keliling Terenak di Cilegon dengan Rasa Maknyus

18 November 2025 | 20:00
pajak kendaraan bermotor

Masih Ada 1,5 Juta Kendaraan Berstatus Nunggak Pasca Program Pemutihan Pajak di Banten, Pengamat Sebut Bentuk Protes Rakyat

18 November 2025 | 19:45

Tag

2022 Andra Soni ASN Banten BRI Brigadir J Cilegon drakor drama Korea Film gratis Harga Tiket Helldy Agustian Indonesia Jadwal jadwal tayang Kabupaten Lebak kabupaten serang Kota Cilegon Kota Serang Lebak link nonton link twibbon lowongan kerja Pandeglang Pemilu 2024 Pemkot Cilegon pemkot serang Pemprov Banten pilkada Preman Pensiun 6 Preman Pensiun 7 profil provinsi banten Ramadhan Robinsar serang sinopsis Skin Gratis spoiler sub indo Timnas Indonesia Twibbon UMKM viral
Banten Raya

© 2025 Banten Raya - Berkualitas dan Berbeda

Nomor ID Pers : 26666 | Status Pendataan : Terverifikasi Faktual | Sertifikat : 1393/DP-Verifikasi/K/VIII/2025

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi

Ikuti Kami

  • Daerah
  • Nasional
  • Pendidikan
  • Opini
  • Ekonomi & Bisnis
  • Teknologi
  • Hukum & Kriminal

© 2025 Banten Raya - Berkualitas dan Berbeda