BANTENRAYA.COM – 28 Oktober kembali diingatkan akan arti penting kebersamaan dan tekad juang para pemuda dalam sejarah Indonesia. Momentum Sumpah Pemuda bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan refleksi atas keberanian generasi muda pada 1928 meneguhkan diri dan berikrar satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa sebagai dasar persatuan.
28 Oktober 2025, ajakan untuk meneguhkan semangat “Pemuda Bergerak, Bersatu” semakin relevan. Di tengah situasi global yang kompleks dan tantangan nasional yang kian berlapis, nila-nilai persatuan menjadi kunci menghadapi dinamika zaman yang berubah cepat.
Dalam konteks ini, sosok Sultan Ageng Tirtayasa menjadi simbol penting yang menegaskan makna perjuangan dan kebersamaan. Sebagai raja besar Kesultanan Banten abad ke-17, ia bukan hanya pemimpin politik, tetapi juga pejuang sejati yang menempatkan persatuan dan kemandirian sebagai fondasi utama perjuangannya.
Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap kolonialisme Belanda menjadi cerminan semangat pantang menyerah. Ia berjuang mempertahankan kedaulatan dan berupaya menegakkan keadilan dengan membangun sistem pemerintahan dan ekonomi berbasis kerja sama yang setara sebuah teladan yang tetap relevan bagi generasi muda masa kini.
Memerintah antara tahun 1651 hingga 1683, Sultan Ageng Tirtayasa menentang keras praktik monopoli dagang VOC yang menindas rakyat. Dalam memajukan Banten sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Nusantara. Ia tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga memperkuat sektor ekonomi, kebudayaan, serta hubungan diplomatik lintas bangsa.
Kebijakan membuka pelabuhan Banten bagi pedagang dari Inggris, Prancis, dan Denmark menjadikan wilayah itu sebagai simpul perdagangan internasional yang inklusif. Langkah ini menunjukkan visi kepemimpinan yang maju dan berpandangan global, meski pada akhirnya perjuangan itu dihadapkan pada pengkhianatan dari dalam istana sendiri.
Tragedi ketika Sultan Haji, putranya, bekerja sama dengan VOC hingga berujung pada penangkapan dan wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa pada 1692 menjadi pelajaran berharga. Dari peristiwa itu, kita memahami betapa berbahayanya perpecahan internal yang dapat melemahkan perjuangan besar bangsa.
Menelaah perjalanan hidupnya, tersirat nilai-nilai kepemimpinan yang cerdas, berani, dan penuh visi. Sultan Ageng Tirtayasa dikenal tegas, namun tetap menghargai keberagaman dan perbedaan. Semangat inilah yang seharusnya dihidupkan oleh pemuda Indonesia dalam membangun negeri di era modern.
Pada masa kini, tantangan generasi muda tidak hanya berkutat pada isu sosial dan politik, tetapi juga ekonomi, teknologi, dan budaya. Pemuda dituntut hadir sebagai agen perubahan yang mampu memberikan solusi terhadap kemiskinan, ketimpangan sosial, serta persoalan lingkungan yang terus mengemuka.
Persatuan harus diwujudkan dalam tindakan konkret, bukan sekadar jargon. Kerja sama lintas organisasi, komunitas, dan daerah menjadi kekuatan untuk menutup celah disintegrasi yang sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Sikap inklusif dan terbuka terhadap perbedaan, pemuda dapat memperkokoh fondasi kebangsaan yang berkeadilan.
Teknologi menjadi medium baru bagi pemuda untuk menggerakkan perubahan. Melalui inovasi digital, mereka mampu melahirkan gagasan kreatif di bidang pendidikan, ekonomi digital, kesehatan, hingga advokasi sosial yang menjangkau lebih luas. Semangat keterbukaan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap kerja sama lintas bangsa sejalan dengan semangat kolaborasi digital masa kini.
Memperingati Sumpah Pemuda ke-97 momentum meneguhkan kembali semangat kolektif membangun bangsa. Beragam tantangan struktural seperti kesenjangan ekonomi, ketidakstabilan politik, dan krisis sosial menuntut kehadiran pemuda yang aktif dan solutif di setiap lini kehidupan.
Seruan “Pemuda Bergerak, Bersatu” sejatinya merupakan panggilan untuk menyatukan potensi, menyamakan langkah, dan mengarahkan energi menuju perubahan yang nyata. Melalui pendidikan inklusif, pemberdayaan ekonomi, literasi digital, serta kesadaran lingkungan, pemuda dapat tampil sebagai pilar kokoh pembangunan nasional.
Meneladani Spirit Sultan Ageng Tirtayasa
Nilai perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dapat diterapkan oleh pemuda masa kini melalui beberapa langkah nyata. Yaitu, Pertama. kolaborasi antar organisasi dan komunitas; Langkah ini bertujuan agar tercipta gerakan bersama yang solid, terbuka, dan produktif.
Kedua. Inovasi berbasis teknologi; Memanfaatkan teknologi digital untuk mendorong pemerataan pendidikan, peningkatan kesejahteraan, dan pengembangan usaha sosial berkelanjutan. Ketiga. Menghormati Keberagaman; Menjadikan perbedaan sebagai kekuatan bangsa, serta mengedepankan nilai toleransi dan moderasi untuk menghindari perpecahan horizontal.
Keempat. Kepemimpinan yang berkarakter: Menumbuhkan pemimpin muda yang jujur, visioner, dan mengutamakan masyarakat umum di atas kepentingan pribadi. Kelima. Keteguhan Melawan Ketidakadilan; Menjadi barisan terdepan memperjuangkan kebenaran dan menolak segala bentuk korupsi yang merugikan masyarakat.
Kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa membuktikan, kekuatan sejati tidak hanya terletak pada senjata, tetapi juga pada kecerdasan strategi, kesabaran, dan komitmen moral. Pemuda masa kini perlu meneladani keteguhan itu, memahami bahwa persatuan dan kerja sama adalah kunci dalam melewati masa-masa sulit.
Menghidupkan kembali semangat “Pemuda Bergerak, Bersatu” merupakan langkah penting menuju visi Indonesia Emas 2045 cita-cita menjadi bangsa yang mandiri, makmur, dan berdaulat. Pemuda dituntut memiliki peran sebagai agen transformasi yang menjaga persatuan nasional sekaligus memajukan peradaban bangsa.
Dengan memadukan kearifan lokal warisan leluhur dan teknologi modern, akan lahir sinergi baru sehingga, dapat membawa Indonesia ke tingkat kemajuan yang lebih tinggi tanpa kehilangan jati diri.
Perjalanan bangsa yang panjang membuktikan bahwa semangat persatuan selalu menjadi kekuatan utama menghadapi perubahan zaman. Teladan Sultan Ageng Tirtayasa yang berani, bijaksana, dan setia pada kedaulatan rakyat harus menjadi sumber inspirasi abadi bagi generasi muda.
Penulis mengajak Sumpah Pemuda 2025 bukan sekadar peringatan, tetapi momentum kebangkitan untuk melangkah bersama, bekerja tanpa jeda, dan bersatu membangun Indonesia. Dengan semangat itu, generasi muda akan membuktikan tidak ada batas bagi mimpi besar bangsa ini untuk diwujudkan. ***
Oleh: Fauzan Dardiri, Penulis adalah Ketua DPD KNPI Kota Serang Periode 2025-2028



















