BANTENRAYA.COM – Pemerintah Kabupaten Serang berencana melakukan penjualan aset lahan, dan hasil penjualannya untuk melakukan pengadaan lahan yang nantinya digunakan untuk penglolaan sampah menjadi energi listrik atau PSEL.
Adapun aset yang akan dijual berlokasi di Desa Kosambironyok, Kecamatan Anyar dengan luas lahan kurang lebih 6 hektare.
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau BPKAD Kabupaten Serang Sarudin mengatakan, Pemkab akan bekerjasama dengan PT Krakatau Sarana Infrastruktur atau KSI untuk melakukan penjualan lahan tersebut.
“Kita punya lahan di Kosambironyok kurang lebih 7 hektare, nanti untuk kebutuhan PSEL ini kita mau tukar menukar karena lahan ini harus disiapkan akhir tahun 2025,” ujarnya di Setda Kabupaten Serang, Senin 4 Agustus 2025.
Baca Juga: Kudeta Amas Tadjuddin dari Ketua FKUB Kota Serang, Matin Syarkowi : Saya Hanya Penerima Mandat
Ia menjelaskan, penjualan lahan tersebut dilakukan karena Pemkab Serang tidak mempunyai biaya untuk melakukan pembebasan lahan untuk PSEL.
“Sementara di APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah) kita enggak ada anggaran untuk pengadaan lahan. Makannya kita manfaatkan lahan Pemda yang sudah ada, kemudian kita akan sertakan tukar menukar untuk kebutuhan PSEL ini,” katanya.
Sarudin menuturkan, tanah seluas 6 hektare di Desa Kosambironyok tersebut milik Pemkab Serang yang awalnya diperuntukan pembuatan tempat pembuangan sampah akhir atau TPSA.
“Kosambironyok itu kan pengadaannya sudah lama, kalau tidak salah tahun 2020, Pemda waktu itu beli lahan di Kosambironyok itu untuk TPSA. Cuma mungkin setelah tanah dibeli sampai saat ini lahan belum dimanfaatkan,” jelasnya.
Baca Juga: Masuk Tiga Besar Open Bidding Sekda Pemkab Serang, Segini Harta Kekayaan Zaldi Dhuhana
Ia mengungkapkan, penjualan lahan tersebut sangat menguntungkan kedua belah pihak lantaran menjadi salah satu area pengembangan PT KSI.
“Karena di Kosambironyok ini juga termasuk pengembangan PT KSI dan proses tukar menukar ini menguntungkan pemerintah daerah. Walaupun luas lahan besar kita, tapi nilainya belum tentu sama, makannya ini masih proses hitung,” paparnya.
Pihaknya masih berupaya mencari tempat yang cocok untuk PSEL karena harus diterima oleh masyarakat setempat dan lokasinya tidak curam.
“Kita belajar jangan sampai program ini terhambat karena ada penolakan. Karena pasti akan dibangun infrastrukturnya dari pusat, jika lokasinya curam maka kita harus di cut and fill lagi dan mengeluarkan biaya,” tuturnya.***