BANTENRAYA.COM – Tanggal 8 September merupakan hari bersejarah dalam dunia pendidikan. Ya, tanggal ini pada 17 November 1965 silam oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB diumumkan sebagai Hari Aksara Internasional atau disebut juga HAI tepatnya setelah konferensi pemberantasan buta huruf di Teheran, Iran.
Konferensi ini berlangsung pada tanggal 8 sampai 19 September 1965. Kemudian satu tahun berikutnya, tepatnya tanggal 8 September 1966 diperingati sebagai Hari Aksara Internasional yang pertama.
Baca Juga: Bentuk Pendidikan Karakter, Untirta Bentuk GNRM
Semenjak HAI diumumkan, UNESCO pun terus mengkampanyekan dan mengingatkan komunitas internasional untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar.
Dalam peringatan HAI di Indonesa, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggendakan webinar. “#SahabatDikbud, ayo, sama-sama kita peringati Hari Aksara Internasional (HAI) ke-56 dengan mengikuti Webinar Puncak Peringatan HAI Tingkat Nasional 2021 “Literasi Digital untuk Indonesia Bangkit”, Rabu, 8 September 2021, mulai pukul 08.00 WIB!” demikian cuitan Kemenristekdikti dalam akun twitter resminya yang dilhat BantenRaya.com pada Rabu 8 September 2021.
Sudah menjadi sebuah keyakinan bahwa literasi termasuk martabat dan hak asasi setiap manusia. Secara tidak langsung, peringatan ini juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melek huruf.
Baca Juga: Urgensi Pendidikan Agama Islam bagi Remaja
Peringatan Hari Aksara Internasional lantas dilakukan setiap tahun sebagai wujud memajukan agenda keaksaraan di tingkat global, regional, hingga nasional.
Meski begitu, masih terdapat berbagai tantangan di bidang aksara atau literasi, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, penting memahami sejarah Hari Aksara Internasional 2021, khususnya pada tanggal 8 September untuk meningkatkan kesadaran literasi dan melek huruf.***



















