BANTENRAYA.COM – Sebentar lagi hari guru akan kita jumpai. Maka mari kita coba renungkan kembali makna profesi yang telah kita pilih baik secara sukarela maupun terpaksa. Menjadi guru bukanlah sekedar menjalankan rutinitas pekerjaan, tetapi menjalani amanah yang membawa konsekuensi moral dan profesional.
Ketika kita menyatakan kesediaan untuk menjadi guru mengajar di suatu lembaga, termasuk Al-Qudwah, maka saat itulah kita telah menerima seperangkat kewajiban yang harus di penuhi.
Tentang waktu masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00, mengajar dengan baik, menyusun perangkat pembelajaran, serta menjalankan amanah dari jabatan yang di miliki dan di berikan, semua itu adalah kewajiban, bukan pengorbanan.
Ketika seorang guru menyanggupi amanah ini, baik karena butuh pekerjaan maupun panggilan hati untuk mengabdi di dunia pendidika, maka ia sebenarnya sedang menerima perjanjian antara dirinya dengan yayasan dan lembaga yang ditujunya.
Kewajiban ini sejalan dengan bisyaroh yang diterima, sebagai bentuk penghargaan yayasan atas komitmen yang telah disepakati. Sekali lagi itu bukanlah pengorbanan.
Kewajiban adalah batas minimal atau standar dari profesionalitas guru. Iya bukan sesuatu yang luar biasa, sebab, kewajiban memang harus dijalankan secara konsisten dan penuh tanggung jawab. Menjalankan amanah sesuai tuntutan profesi bukanlah pengorbanan itu adalah konsekuensi dari pilihan kita sendiri.
Adapun pengorbanan adalah sesuatu hal yang berbeda. Hal itu muncul ketika guru melakukan lebih dari yang diwajibkan. Ketika datang lebih awal dan pulang lebih lambat karena mempersiapkan diri untuk lebih siap dalam menjalankan amanahnya bukan dalam rangka karena kepentingan pribadi berlama lama di sekolah, mendampingi murid di luar jam mengajar, membantu rekan guru tanpa diminta, memberikan perhatian khusus pada anak yang kesulitan, atau berusaha menjaga nama baik sekolah atau yayasan dalam situasi apapun itulah pengorbanan. Tidak dituntut, tidak selalu terlihat, namun sangat berarti.
Pengorbanan lahir dari hati yang tulus, dari kecintaan terhadap profesi, dan dari kesadaran bahwa setiap kebaikan yang dilakukan akan kembali sebagai keberkahan, bukan karena berharap kepada sesama makhluk, hanya berharap kepada sang khalik.
Semoga momentum hari guru yang sebentar lagi ini menjadi pengingat bahwa kewajiban adalah tanggung jawab profesional, sedangkan pengorbanan adalah ketulusan yang lahir dalam diri. Keduanya sama sama penting, namun tidak boleh disamakan. Sehingga ketika kita menjalankan tugas bisa lebih sadar, lebih ikhlas dan lebih bermartabat
Seyogianya setiap hari adalah hari guru dan semoga menjadi refleksi untuk terus memperbaiki diri, memperkuat komitmen, dan meperluas ruang keikhlasan. Karena sejatinya guru bukan hanya sebagai profesi, tetapi jalan panjabg menuju keberkahan dan pengabdian.
Semoga Allah menjadikan setiap langkah kita sebagai cahaya bagi murid murid kita, dan menjadi jalan untuk amal yang tidak terputus. ***
Oleh : Kepala SMP Terpadu Al-Qudwah, Akhmad Khosyi’i



















