Oleh: Sela Novitasari, S.E., M.M dan Angga Pramadjaya, S.Kom., M.M., M.Kom – Praktisi dan Dosen Universitas Pamulang Kampus Kota Serang
BANTENRAYA.COM – Transformasi digital terus mendorong perubahan besar dalam cara perusahaan merancang dan menjalankan strategi pemasarannya.
Memasuki era Society 5.0—di mana teknologi dan kemanusiaan dipadukan secara harmonis—penerapan digital marketing menjadi pilar utama dalam manajemen pemasaran modern.
Dalam Society 5.0, fokus bukan hanya pada efisiensi berbasis teknologi, tetapi juga pada penciptaan nilai yang dipersonalisasi untuk manusia sebagai pusatnya.
Hal ini mendorong perusahaan untuk mengembangkan pendekatan pemasaran yang lebih responsif, adaptif, dan berbasis data.
Digital marketing, dengan kekuatan seperti big data, kecerdasan buatan, dan automasi konten, memungkinkan merek untuk menjangkau konsumen secara lebih tepat sasaran, baik dari segi waktu, tempat, maupun kebutuhan.
Era Society 5.0, yang pertama kali dicetuskan oleh Jepang, menekankan pada penggunaan teknologi cerdas seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan big data untuk menciptakan solusi yang berpusat pada manusia.
Baca Juga: Aliran Air Tersumbat, Wakil Walikota Tangsel Pilar Saga Terobos Timbunan Sampah di Kali Angke
Dalam konteks ini, pemasaran berbasis digital bukan sekadar alat promosi, melainkan menjadi bagian dari strategi menyeluruh dalam menciptakan pengalaman pelanggan yang bernilai dan personal.
Di Indonesia, tren ini semakin terlihat dari banyaknya pelaku usaha—terutama UMKM—yang mulai mengandalkan platform digital seperti e-commerce, content marketing, dan influencer branding.
Pemerintah juga turut mendorong transformasi ini melalui pelatihan digital bagi pelaku usaha dan integrasi teknologi dalam ekosistem bisnis nasional.
Baca Juga: Gedung Balai Budaya di Kelurahan Pabean Cilegon Terbengkalai, Hanya Digunakan Acara Seremonial Saja
Terdapat tantangan yang tidak bisa diabaikan. Kecepatan perkembangan teknologi menuntut adaptasi yang cepat dari sisi sumber daya manusia.
Banyak pelaku usaha yang belum memiliki pemahaman mendalam tentang SEO, manajemen iklan digital, atau pengukuran ROI dari kampanye online mereka.
Selain itu, isu keamanan data pribadi dan etika penggunaan teknologi menjadi sorotan penting dalam Society 5.0.
Baca Juga: Pesulap Merah Bongkar Trik Penggandaan Uang, Nama Dimas Kanjeng Langsung Disebut-sebut
Maka dari itu, sinergi antara dunia pendidikan, sektor swasta, dan pemerintah sangat dibutuhkan agar pengembangan strategi digital marketing berjalan secara berkelanjutan.
Pendidikan tinggi, khususnya program studi manajemen dan bisnis, mulai menyesuaikan kurikulumnya untuk menanamkan keahlian digital sebagai bagian integral dari kompetensi manajerial masa depan.
Implementasi di Lapangan: Digitalisasi UMKM hingga Korporasi
Baca Juga: 6 Cara Hilangkan Bau Badan dengan Ampuh, Gak Minder Lagi Nempel ke Pasangan
Di Indonesia, transformasi digital semakin terasa, terutama dalam sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Banyak pelaku UMKM mulai beralih ke penjualan online melalui platform marketplace dan media sosial.
Pemerintah turut mendukung dengan menyediakan pelatihan digital dan akses teknologi bagi pelaku usaha kecil agar mereka dapat bersaing secara global.
Baca Juga: Dibuka Hari Ini, Berikut Harga Tiket Timnas Indonesia vs China di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Perusahaan besar pun tidak tertinggal. Mereka membentuk tim khusus untuk menangani strategi digital, membangun customer journey berbasis teknologi, serta menerapkan pemasaran omnichannel—menghubungkan pengalaman online dan offline konsumen secara mulus.
Namun, transformasi ini tidak lepas dari tantangan. Masalah literasi digital, perlindungan data pribadi, serta ketimpangan infrastruktur digital di berbagai wilayah Indonesia menjadi penghambat utama.
Oleh karena itu, pendidikan, pelatihan, dan investasi di bidang teknologi pemasaran menjadi kunci agar manfaat digital marketing dapat dirasakan secara menyeluruh.
Baca Juga: Untirta Teken MoU dengan Kementerian Ketenagakerjaan
Peran Dunia Pendidikan dan Sumber Daya Manusia.
Lembaga pendidikan tinggi mulai merespons perubahan ini dengan menyesuaikan kurikulum di bidang bisnis dan pemasaran.
Mahasiswa kini dibekali keterampilan seperti data analytics, digital branding, pengelolaan kampanye online, serta strategi pemasaran berbasis AI.
Baca Juga: Antusias Tinggi, Andra Soni Pertimbangkan Perpanjang Program Pemutihan Pajak Kendaraan
Tujuannya adalah menghasilkan tenaga profesional yang siap menghadapi tantangan dan kebutuhan pasar kerja di era Society 5.0.
Lebih dari itu, pendekatan multidisipliner menjadi sangat penting. Digital marketer masa kini tidak cukup hanya memahami teori pemasaran, tetapi juga perlu memahami teknologi, perilaku konsumen digital, dan etika dalam penggunaan data.
Implementasi digital marketing di era Society 5.0 membawa tantangan baru, termasuk dalam hal keamanan data, kecepatan inovasi, serta kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola teknologi.
Baca Juga: Amara Menang Lagi, CFC Bangkit di Laga Kedua Liga Futsal Nusantara Banten
Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi antara sektor pendidikan, bisnis, dan pemerintah agar adopsi digital marketing tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga strategis dan berkelanjutan.
Dengan memadukan teknologi canggih dan pendekatan yang berfokus pada manusia, manajemen pemasaran di era Society 5.0 akan menjadi lebih inklusif, cerdas, dan mampu menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat. ***