BANTENRAYA.COM – Muhamad Jumri Mubarok (15), anak kuli bangunan asal Kecamatan Lebakgedong mengaku terharu dengan adanya program sekolah rakyat.
Sempat berfikir hendak melanjutkan bekerja pasca lulus dari SMPN 1 Lebakgedong belum lama ini, ia akhirnya berubah fikiran. Jumri mantap mau menuntaskan 12 tahun pendidikan.
“Ada petugas dari Dinsos (Dinas Sosial) Lebak datang ke rumah, akhirnya orang tua nyuruh saya sekolah lagi, saya ikuti,” kata Jumri saat ditemui di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Banten pada Senin, 14 Juli 2025.
Ia juga menceritakan bahwa dirinya sengaja bersedia mendaftar ke sekolah rakyat karena tak ingin membebani orang tua.
Tak hanya, ia menilai sistem boarding yang diterapkan sekolah rakyat akan mampu membangun karakter positif untuk dirinya.
“Mudah-mudahan sekolah ini bisa jadi jalan saya untuk bisa sukses dan bantu ekonomi keluarga di masa depan nanti,” ujarnya.
Baca Juga: Link Nonton Drama Head Over Heels Episode 7 Sub Indo Full Movie Lengkap dengan Spoiler
Meski harus terpisah dari orang tua nantinya, Jumri menyebut bahwa hal itu bukan menjadi masalah. Menurutnya, hal itu bisa melatih dirinya untuk bisa hidup mandiri.
“Memang awalnya orang tua yang dorong. Mudah-mudahan kalau dari restu orang tua, bisa diberkahi,” imbuhnya.
Sekolah rakyat di Lebak sendiri rencananya akan digulirkan pada 30 Juli 2025 mendatang menyusul adanya perbaikan pada asrama dan kelas yang akan digunakan dan diikuti oleh 100 siswa.
Baca Juga: Hanya Menerima Tujuh Siswa Baru, Bangunan SDN Karaton 5 Butuh Perhatian Pemerintah
Para siswa saat ini telah mengikuti kegiatan masa pengenalan sekolah serta melaksanakan tes kesehatan. Sekolah rakyat di Lebak masuk dalam tahap 1B bersama 37 sekolah rakyat lain di seluruh Indonesia.
“Ada 100 lokasi sekolah rakyat di Indonesia, 63 lain sudah masuk asrama 14 Juli 2025, sementara di sini sarana masih dalam proses sehingga tidak memungkinkan anak-anak masuk asrama sekarang,” kata Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Lebak, Lela Gifty Cleria.
Adapun para siswa merupakan berasal keluarga tidak mampu serta termasuk dalam desil 1 dan 2 berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). ***