BANTENRAYA.COM – Pengusaha tambang pasir di Kota Cilegon untung besar dengan adanya kebijakan penutupan tambang di Parung, Bogor, Jawa Barat oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Order perhari yang biasanya hanya 40 sampai 50 unit truk pasir kini menjadi dua kali lipat 80 sampai 90 unit truk pasir per harinya.
Untuk, Per unit truk pasir sendiri sendiri dihargai Rp1,5 juta untuk pasir.
Pengusaha Tambang Pasir Ungkap Kenaikan Order 2 Kali Lipat
BACA JUGA: Kemenag Buka Lomba Literasi Keagamaan untuk Para Pelajar, Dapatkan Hadiah Jutaan Rupiah!
Salah satu pengusaha pasir asal Kota Cilegon yang enggan disebutkan namanya menjelaskan, sejak penutup tambang di Bogor pada 25 September, volume permintaan meningkat 2 kali lipat.
“Bisa sampai Rp135 juta per hari atau 80 sampai 90 unit dari biasanya 40 sampai 50 unit truk pasir per harinya,” katanya, Selasa 7 Oktober 2025.
Ia menyatakan, kebanyakan order sendiri dari Jawa Barat. Dimana, disana banyak kontraktor yang sudah kontrak dan harus mendapatkan barang dengan mengambil ke Kota Cilegon.
“Itu pengusaha dari Jawa Barat yang order,” jelasnya.
BACA JUGA: Garuda National Essay Competition 2025 Resmi Dibuka, Total Hadiah Jutaan Rupiah!
Per hari, paparnya, pengusaha tambang sampai menambah eksafator untuk meningkatkan produksinya.
“Ada sekitar 11 atau lebih stokpel, beda lagi kanda kalo di lokasi tambang dengan produksi tambang 4 alat eksavator itu maksimal 40 sampai 50 truk, dan untuk sekarng naik lihat kondisi tambang yang produksinya hitung alat eksavatornya. Karna estimasi waktu dalam 24 jam 1 eksavator mampu rata-rata 10 sampai 15unit truk. Jika 6 eksavator brarti kemampuan produksinya 80 sampai 90. Jika perhitungan sekarang ada kenaikan produksi di tiap tambang 6 eksavator dengan estimasi kasar biasanya 50 unit ada kenaikan 90 unit,” jelasnya.
Tidak hanya di Cilegon saja, tegasnya, karena tambang sudan sangat sedikirt, maka Serang dan Lebak pasti akan juga mengalami hal sama naik 100 persen.
“Kenaikan unit mobil pasir di Cilegon tidak mungkin 100 persen, karena sekarang lihat kondisi lahan semakin berkurang. Dengan asumsi juga terbagi dengan pasir daerah Rangkas Lebak,” ujarnya.
BACA JUGA: Festival Akuatik Kota Serang 2025, Cek Cara Daftar Lengkap dengan Kategori Pemenang
Sebelumnya, Humas Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Provinsi Banten Irham membenarkan, jika banyaknya truk di wilayah Cilegon yakni Ciwandan dan Kabupaten Serang di Bojonegara itu karena efek adanya penutupan tambang di Jawa Barat. Hal itu menjadikan pengusaha akhirnya mengambil barang-barang batu dan pasir ke Cilegon dan Serang.
“Jadi yah itu tambang Jawa Barat di tutup, jadi orang beli batunya ke Bojonegara dan Ciwandan, termasuk pasir. Akhirnya menimbulkan kemacetan dan BBM juga terkadang langka, itu efeknya,” jelasnya.
Antisipasi soal kemacetan dan truk yang parkir sembarangan, papar Irham, hal itu menjadi kewenangan dari petugas baik Dinas Perhubungan (Dishub) dan Kepolisian Lalu Lintas setempat. Sebab, Aptrindo tidak bisa mencegah usaha dan melarangnya untuk mengambil hasil tambang di Kota Cilegon. Lebih lagi pengusaha bukan dari Banten, sehingga tidak ada kewenangan memberikan teguran.
“Kalau antisipasi kan gini, pertama itu kewenangan lalu lintas ada Dishub dan kepolisian pengaturannya supaya tidak macet. Kalau bicara sisi usaha tidak bisa apa-apa karena niatnya datang ke sini mau belanja,” ucapnya.
BACA JUGA: Tersangka Kecelakaan Lalu Lintas, Mahasiswa Untirta Disanksi Mengajar di Paud
Irham menyatakan, pihaknya hanya bisa menegur dan mengingatkan saja jika yang membawa adalah pengusaha yang masuk atau anggota Aptrindo Banten. Namun, untuk pengusaha luar hal itu tidak bisa dilakukan. Sebab, kebanyakan yang melakukan pengangkutan batu dan pasir di Ciwandan dan Bojonegara itu juga dari luar Banten.
“Itu kebanyakan luar banten, kalua Aptrindo Banten hanya mengingatkan ke anggotanya, jika ada usaha ke daerah lain supaya pemberitahuan ke asosiasi setempat, koordinasi dengan dishub dan Aptrindo yang ada disana, jadi teratur dan terarah,” jelasnya.
Irham menyatakan, untuk keanggotaan atau truk di Banten sendiri cukup banyak, secar angka pastinya bisa ditanyakan di bagian kesekretariatan.
“Angka pastinya ada di sekretariat. Nanti silakan saja tanya ke sana, untuk angkanya cukup banyak ada ribuan,” ujarnya.
Irham sendiri tidak bisa secara pasti mengetahui berapa banyak kebutuhan batu dan pasir yang diambil dari Banten, terutama Ciwandan dan Bojonegara. Namun, jika ukuran truk yang diturunkan kapasitas 20 ton sampai 26 ton, artinya cukup banyak.
BACA JUGA: Banyak Tunda Kerja Karena Kuliah, Jadi Penyebab Angka Pengangguran Cilegon Turun
“Tergantung ukurannya ada 20, 24 dan 26 ton (terlihat di jalan-red),” ucapnya.
Sementara itu Pengurus DPD Aptrindo Banten Ito Warsito menyampaikan, untuk jumlah angkutan truk yang ada di Banten Barat yakni dari Balaraja sampai Cilegon ada sebanyak 2.500 truk. Namun, untuk wilayah seperti Tangerang dan Lebak itu tidak masuk ke dalam catatan anggota Aptrindo Banten.
“2.500 ini lebih ke Banten Barat yang Balaraja ke sini (Cilegon). Tangerang itu masuk ke Jakarta dan Lebak kebanyakan tidak masuk ke kita,” paparnya.
Soal ada banyaknya truk yang terparkir di jalan dan mengganggu aktivitas masyarakat, dirinya meminta hal itu bisa ditanyakan ke pengurus lainnya.
“Kalau itu bisa ditanyakan ke Pak Cahyo (Sekretaris DPD Aptrindo Banten Cahyo Hendro Atmoko-red). Bisa tanya ke beliau,” pungkasnya. ***
Kondisi jalan di Simpang PCI-Bojonegara yang dipadati truk pasir. (Uri/Banten Raya)