BANTENRAYA.COM – Paparan radioaktif yang terjadi di Kawasan Industri Modern Cikande juga menjadi perhatian Pemerintah Kota Cilegon.
Kendati pabrik baja di Kota Cilegon menggunakan biji besi untuk produksi, namun ada industri baja yang menggunakan alat berbahan radioaktif.
Alat yang ada di pabrik baja di Kota Cilegon tersebut, terutama alat potong dan pengukur ketebalan baja.
Kepala DLH Kota Cilegon Sabri Mahyudin menjelaskan, sejumlah pabrik baja meski tidak melebur scrap logam seperti di Cikande, namun ada alat berbahan radioaktif yang digunakan pabrik baja untuk memotong baja.
Bahkan, dulu alat tersebut pernah dicuri tapi berhasil ditemukan.
BACA JUGA: DLH Kota Cilegon Diminta Deteksi Zat Berbahaya di Kawasan Industri
“Itu pernah kejadian juga yah, dulu itu pencurian besi di Area KS (Krakatau Steel) dulu, tapi ketemu sih bendanya, bentuknya seperti ekor kerbau seperti itu tapi itu ada radioaktifnya, tapi itu kecil. Itu digunakan untuk pemotongan baja. Namun, untuk kepastian berapa data industri yang memakai benda kandungan radioaktif bisa ditanyakan langsung ke Pak Andi (Kepala Bidang Pengawasan Lingkungan Hidup DLH Kota Cilegon Andi Rana) perusahaan mana yang menggunakan radioaktif. Tapi itu yang menggunakan pabrik baja untuk pemotongan baja. Tapi datanya ada di Pak Andi,” katanya, Selasa 7 Oktober 2025.
Sabri menyampaikan, untuk di Cikande kemarin, sepengetahuan dirinya merupakan sisa dari logam kontainer dan itu dari luar negeri.
“Yah kemarin itu di Cikande itu karena ada sisa dari kontainer yang dipakai, memang dari luar kan itu juga,” ucapnya.
Sabri mengungkapkan, di Cikande potensi radioaktif terjadi karena peleburan bahan mengandung radioaktif.
Namun, untuk di Kota Cilegon pabrik menggunakan biji besi sebagai bahan baku.
BACA JUGA: Ekonomi Global Pengaruhi Industri di Kota Cilegon, Ketidakpastian Bisnis Masih Membayangi
“Kalau yang di Cikande potensi radioaktif dari bahan yah scrap. di Cilegon untuk pabrik baja tidak pakai limbah skrap, pakainya langsung dari biji besi, jadi potensinya tidak terlalu tinggi seperti di Cikande yang pabrik bajanya menggunakan bahan bakunya besi scrap. Karena di Kota Cilegon itu Posco dan KS langsung dari biji besi,” ungkapnya.
Namun, papar Andi, tetap ada alat berbahan baku radioaktif yang digunakan pabrik baja, misalnya alat untuk mengukur ketebalan baja itu menggunakan radioaktif, termasuk pabrik baja pipa dan konstruksi juga menggunakan alat berbahan radioaktif untuk mengukur ketebalan baja.
“Kalau menggunakan bahan bakunya tidak menggunakan limbah scrap itu tidak ada, Kecuali penggunaan radioaktifnya (alat) untuk melihat ketebalan baja atau pipa seperti itu,” paparnya.
Andi menjelaskan, untuk tetap mengantisipasi potensi terjadi seperti yang ada di Cikande.
Pihaknya akan koordinasi secara resmi dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir atau Bapeten untuk terus melakukan monitor.
BACA JUGA: DPRD Banten Buat Aturan Baru, Industri Wajib Bayar Dampak Lingkungan
“Yah tetap kita akan bekerjasama dengan Bapeten untuk memonitor penggunaan bahan radioaktif. Intinya nanti kita akan coba sosialisasi ke industri mengenai dampak radioaktif ini, penggunaan bahan radioaktif (alat potong baja) sementara dari pabrik besi dan logam seperti pabrik pipa konstruksi,” pungkasnya.***