BANTEN RAYA.COM – Bisnis esek-esek marak di Kota Cilegon yang digaungkan sebagai kota santri. Bahkan, praktik melanggar norma agama dan sosial tersebut dilakukan dari mulai hotel, restoran, tempat hiburan malam, salon hingga kosan dan bedengan.
Dalam praktiknya, transaksi bisnis esek-esek tidak hanya dilakukan on the spot atau di tempat antara pelanggan dan pelaku. Namun, juga melalui sejumlah aplikasi dalam jaringan (daring) alias online.
Harga untuk bisa mendapatkan jasa wanita penghibur tersebut juga bervariasi mulai termurah yakni Rp200 ribu hingga termahal sampai pada Rp1,5 juta.
Salah satu sumber yang enggan disebutkan namanya menjelaskan, hampir di setiap titik Kota Cilegon sudah ada layanan bisnis esek-esek tersebut. Bahkan, jika seseorang ingin melakukan tinggal membuka aplikasi saja dan mulai bertransaksi.
“Ada aplikasinya, semuanya juga sudah tahu. Tinggal mulai saja tawar menawar, karena memang sudah disediakan informasi harganya,” jelasnya.
Baca Juga: Tokoh Perempuan PDIP Bakar Semangat Wanita Banten
Untuk tempatnya, biasanya wanita penghibur yang akan mengarahkan, apakah di hotel atau di kosan dan bedengan.
“Itu nanti mereka yang memilih tempatnya, di hotel, kosan atau bedengan. harganya mulai termurah itu Rp200 ribu sampai Rp1,5 juta,” jelasnya.
Tidak hanya berhubungan intim saja, para lelaki hidung belang juga ditawarkan sejumlah saja paket, mulai dari phone seks, pijat, dan open BO.
“Kalau telepon itu hanya Rp50 ribu saja. Kalau yang lain itu sebenarnya tergantung nego,” jelasnya.
Bisanya, sebelum melakukan hubungan intim jika open BO secara online itu harus bayar sebelum melakukan.
“Jadi ketemu bayar dulu sebelum main,” ujarnya.
Ia menyampaikan, untuk on the spot sendiri, bisanya itu sudah langganan dan orang berduit yang bisa bertransaksi. Biasanya kumpul di satu lingkungan bedengan elit di Kota Cilegon.
Baca Juga: Disambut Antusias, Pramono Klaim Penyelenggaraan Jakarta E-Prix 2025 Berjalan Sukses
“Kalau bedengan itu ada di 3 kecamatan di Citangkil, Ciwandan dan Pulomerak. Lalu, itu biasanya kalau orang sekarang nyebut ani-ani (simpanan-red). Biasanya cukup selektif untuk konsumennya,” paparnya.
Di sisi lain, harga untuk on the spot juga lebih mahal. Bahkan, mencapai Rp1,5 juta karena bisa long time.
“Bisa long time atau short time. Jadi memang sangat selektif dan biasanya itu mobil semua yang datang. Bisa di cek saja langsung,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu pelaku jasa penghibur yang enggan disebutkan namanya menyatakan, jika hal itu dilakukan karena untuk memenuhi sejumlah kebutuhan yang tidak didapatkan secara biasa.
“Kebutuhan hidup (gaya hidup-red). Kan tidak bisa kalau misalnya hanya kerja biasa dapat uang besar,” jelasnya.
Dalam melayani pria hidung belang, jelasnya, dirinya bisa sampai 10 dan 15 orang per hari. Untuk uangnya sendiri tergantung negosiasi dengan pelanggan.
“Ada pelanggan tetap, ada juga yang baru. Kalau tetap itu biasa nya harga miring. Kalau yang baru itu cukup mahal sampai Rp500 ribu,” ucapnya.
Baca Juga: Rocky Gerung Soroti Truk ODOL Arogan dan Pelanggar Aturan
Dirinya mengaku, bekerja hanya sendiri bukan dengan bos. Namun, ia mengaku biasanya menyewa hotel untuk bisa melayani.
“Biasanya hotel itu saya sewa satu hari. Sisanya bisa untuk kebutuhan,” paparnya.
Untuk foto profil di aplikasi sendiri, jelasnya, bukan wajahnya yang asli. Hal itu menghindari adanya keluarga atau tetangga yang kenal.
“Pakai profil lain. Karena takut ada keluarga atau teman. Biasanya ketemu kalau sesuai langsung bayar,”pungkasnya. (***)

















