BANTENRAYA.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak berjanji akan segera memperbaiki rumah seorang guru honorer yang tinggal di Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kampung Sanding, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak.
Janji itu disampaikan usai Dinas Pendidikan (Disdik) Lebak dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) meninju langsung kondisi rumah honorer tersebut.
“Pengerjaan akan segera dimulai. Mudah-mudahan akhir bulan ini rumahnya di Lebak bisa ditempati dengan kayak,” kata Kepala Bagian Kesra Setda Lebak, Iyan Fitriyana di kantornya, Senin, 15 Desember 2025.
Iyan menyebut bantuan material bangunan mulai didatangkan, tenaga tukang disiapkan, dan pembangunan dijadwalkan dimulai pada Rabu mendatang di lebak. “Hari ini material sudah mulai didatangkan,” terangnya.
Iyan mengungkapkan, rumah itu sendiri sebenarnya telah masuk dalam data penerima bantuan pemerintah di Lebak.
BACA JUGA : Sulit Cari Kerja di Kota Sendiri, 265 Warga Lebak Adu Nasib ke Luar Negeri
Namun prosesnya tersendat akibat mekanisme dan antrean program di Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim), sehingga belum bisa direalisasikan melalui anggaran resmi tahun 2025.
“Sudah terdata, tetapi karena antrean dan persyaratan di Dinas Perkim, belum memungkinkan dibangun pada tahun anggaran 2025,” terang dia.
Tak hanya dari Pemkab Lebak, Iyan juga menyebut bahwa bantuan juga datang dari Gubernur Banten Andra Soni.
“Pak Gubernur juga sangat responsif dan langsung menurunkan tim dari teman-teman perkim provinsi,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan seorang guru honorer di SMP Negeri 2 Cibadak bernama Cacang Hidayat, warga Kampung Sanding, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak tinggal di rumah tak layak.
Upahnya yang hanya sekitar Rp500 hingga Rp800 ribu per bulan membuat ia tidak mampu memperbaiki rumah.
Kondisi rumah Cacang sendiri, sudah sangat memprihatikan. Anyaman bambu yang menjadi dinding sebagian besar berlubang.
BACA JUGA : Usul Kenaikan UMK 2026 10,5 Persen Tuai Pro Kontra, Pengusaha di Lebak Engap-engapan
Beberapa tiang penyangga keropos hingga Cacang harus memasang penopang tambahan. Belum lagi, kebocoran pada bagian atap yang terlihat di mana-mana.
“Kalau hujan, kami pindah ke satu kamar yang masih agak utuh. Itu pun seadanya. Anak-anak tidur berhimpitan. Rumah ini memang sudah tidak layak,” kata Cacang saat ditemui belum lama ini. (***)
















