BANTENRAYA.COM – Pengusaha tambak di Kabupaten Lebak memastikan udang hasil tambak mereka aman dikonsumsi dan tidak terkontaminasi radioaktif.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh petambak udang asal Desa Muara, Kecamatan Wansalam, Kabupaten Lebak, Usmar Buntara.
Usmar sendiri mengaku telah berkecimpung dalam usaha tersebut sejak 1998. Menurutnya, kualitas dari tambaknya tetap terjaga.
BACA: Soal Sekda Kota Cilegon Ikut Asesmen, Pansel dan BKPSDM Cilegon Saling Lempar Bola Panas
Usmar juga memastikan petambak di Lebak membudidayakan udang dengan metode alami dan menggunakan obat-obatan sesuai standar.
“Saya jamin udang dari tambak kami aman. Sejak dulu kami tidak menggunakan antivirus kimia,” kata Usmar pada Senin, 15 September 2025.
“Kalau ada masalah penyakit, obat yang dipakai berbahan alami dan sudah sesuai izin dari pemerintah. Jadi tidak ada yang berbahaya bagi manusia,” ujarnya.
BACA JUGA: Angka Pengangguran Tinggi, Kota Serang Butuh Banyak Investor
Diketahui, penolakan ekspor udang beku Indonesia oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat mulai menimbulkan keresahan di kalangan petambak.
Kasus itu rupanya menyeret nama PT Bahari Makmur Sejati (BMS Foods) sebagai distributor di wilayah tersebut.
Kondisi tersebut berpotensi berdampak serius terhadap keberlangsungan usaha ratusan pekerja dan petambak kecil di wilayah Lebak hingga Pandeglang.
Usmar menyampaikan, isu radiasi itu membuat pasar bergejolak. Beberapa tambak di Banten bahkan memilih menutup operasional sementara usai panen karena permintaan turun drastis.
“Di Banten biasanya bisa menghasilkan 13 ribu ton udang per tahun. Namun sekarang dari 34 tambak, hanya sekitar 20 yang masih bertahan, 11 sudah tutup,” ujarnya.
Usaha Tambak Udang Terus Coba Bertahan
Menurutnya, situasi ini turut memengaruhi tenaga kerja. Walaupun di tambaknya sendiri belum ada pengurangan karyawan.
Sejumlah petambak lain sudah menghentikan sementara pekerja harian. Seperti di Desa Tanjungan, Kecamatan Cikesik, Kabupaten Pandeglang, misalnya, hampir 70 persen masyarakat menggantungkan hidup dari usaha tambak udang.
“Sejak saya mulai usaha tahun 1998, baru kali ini kondisi seberat ini. Kami para petambak berharap pemerintah, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan, segera mengambil langkah cepat agar tambak-tambak tidak semakin banyak yang tutup,” tandasnya. ***

















