BANTENRAYA.COM – Badan Penrencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Banten menegaskan pentingnya penurunan angka stunting sebagai prioritas dalam rencana kerja 2025 yang akan dimasukkan ke dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025-2029.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bappeda Provinsi Banten, Mahdani, yang menyampaikan bahwa, target nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk 2025-2045 adalah menurunkan angka stunting menjadi 6 persen pada tahun 2045.
Mahdani mengatakan, saat ini, angka stunting di Banten berada di level 23 persen. Untuk mencapai target 6 persen tersebut, kata dia, dibutuhkan penurunan sebesar 1 persen setiap tahun selama 20 tahun mendatang.
Baca Juga: Semua Gegara Pinjol! Ratusan Warga Kota Cilegon Gagal Dalam Pinjaman Modal dari BPRSCM
“Angka stunting saat ini masih cukup tinggi, yakni 23%. Target kita di 2045 harus 6 persen sebagaimana juga target nasional, agar dapat mendukung visi Indonesia Emas sebagai negara maju. Ini kan berarti kita harus menurunkan minimal 1 persen per tahun secara konsisten,” kata Mahdani kepada wartawan, Rabu (18/12/2024).
Kendati demikian, Mahdani menyampaikan bahwa target spesifik penurunan stunting di Banten untuk tahun 2025, masih menunggu penyelesaian dokumen RPJMD dan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) yang sedang dikonsultasikan di tingkat nasional.
“Belum, belum ada targetnya kita. Yang pasti kan kita akan adaptasi dari RPJMN yang secara nasional, dan juga menunggu ditetapkannya Gubernur dan Wakil Gubernur baru, agar kita penyesuaian dengan target-target baru di RPJMD 2025-2029,” ucapnya.
Baca Juga: Meski Bermasalah, Pedagang Stadion Maulana Yusuf Tetap Diminta Iuran Rp300 Ribu per Bulan oleh Oknum
Mahdani juga menerangkan, dalam upaya mengatasi stunting, Pemprov Banten terus melakukan pendekatan holistik yang mencakup perbaikan gizi, lingkungan, dan infrastruktur, serta kerja bersama dengan berbagai pihak.
“Penanganan stunting tidak hanya fokus pada individu, tetapi juga pada lingkungan. Gizi yang baik hanya menyumbang 30 persen dari keberhasilan turunnya stunting. Sisanya, sekitar 70 persen, itu dipengaruhi oleh lingkungan, seperti akses air bersih, penerangan, dan rumah layak huni,” jelasnya.
“Makanya koordinasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam mengatasi masalah ini. Tidak hanya sektor kesehatan, tetapi juga dinas lain seperti PUPR dan dinas terkait lingkungan dilibatkan untuk memperbaiki infrastruktur yang mendukung penurunan angka stunting,” sambungnya.
Lebih lanjut Mahdani menuturkan, pada tahun lalu, Banten melaksanakan program pengukuran ulang data stunting yang menghasilkan informasi lebih akurat melalui sensus.
Di mana, kata dia, angka stunting di wilayah tersebut turun menjadi 4,3 persen dengan jumlah anak stunting tersisa sekitar 35 ribu orang.
“Data ini mencakup nama dan alamat lengkap, sehingga penanganan dapat dilakukan secara lebih tepat sasaran. Jika dulu data kita hanya berupa angka agregat tanpa rincian, kini kita sudah punya data nama dan alamat anak-anak stunting. Ini mempermudah sasaran intervensi di lapangan,” jelasnya.
Baca Juga: Gelapkan Dokumen Tanah Senilai Rp100 Miliar, Mantan Pejabat BPN Dituntut 1,5 Tahun Penjara
“Tapi, hasil pengukuran ulang ini masih perlu disinkronkan dengan data Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan keselarasan,” ujarnya.
Lebih jauh, Mahdani menjelaskan, penurunan angka stunting adalah bagian dari upaya menyiapkan generasi muda Banten yang sehat dan berkualitas. Di mana, fokus utamanya pada 1.000 hari pertama kehidupan, peningkatan gizi, dan perbaikan lingkungan.
“Kita harapkan anak-anak yang lahir saat ini dapat menjadi generasi emas Indonesia di masa mendatang. Anak-anak kita adalah pewaris masa depan Banten dan Indonesia. Oleh karena itu, perhatian terhadap kesehatan dan lingkungan mereka harus menjadi prioritas utama,” pungkasnya.***
















