BANTENRAYA.COM – Puluhan anggota Satpol-PP dan Damkar Lebak menggelar aksi solidaritas hingga mengibarkan bendera setengah tiang di depan Sekretariat DPRD Kabupaten Lebak setelah meninggalnya salah satu rekan mereka, Yadi Suryadi (50) yang menjadi korban aksi anarkis penolakan calon Ketua DPRD Lebak oleh sekelompok masa yang tergabung dalam Paguyuban Masyarakat Peduli Lebak pada 23 September 2024 silam.
Aksi solidaritas dilakukan sebagai bentuk keprihatinan anggota Satpol-PP dan Damkar Lebak kepada korban. Aksi solidaritas berjalan damai dan usai setelah Ketua DPRD Lebak, Juwita Wulandari mendatangi masa aksi. Aksi solidaritas dipenuhi dengan suasana berkabung.
Dalam aksi tersebut, para anggota yang menjadi rekan Yadi ketika bertugas meminta kepada pihak kepolisian untuk segera tuntas di balik aksi anarkis yang membuat korban kehilangan nyawa.
“Jangan sampai ada Yadi Yadi berikutnya. Maka kami mendesak kepolisian untuk mengusut tuntas dalang di balik aksi demo hingga menyebabkan saudara kita (Yadi) meninggal dunia,” kata Korlap Aksi dan rekan kerja Yadi, Ade Supriyadi pada Kamis, 10 Oktober 2024.
Baca Juga: Putri Maulidiati Khaerani Jadi Peserta Favorit di Event AHM Best Student 2024
Diketahui Yadi menjadi korban demo anarkis tersebut, ia tertimpa gerbang besi Sekretariat DPRD Lebak. Masa aksi yang anarkis memaksa masuk dan mendorong gerbang hingga roboh ke bagian dalam. Yadi yang kala itu menjadi petugas keamanan tertimpa gerbang. Bagian kepalanya bocor dan punggungnya membentur batas keramik. Setelah itu, masa aksi langsung membubarkan diri begitu saja.
Yadi kemudian di evakuasi oleh rekan-rekannya ke RSUD Adjidarmo. Sebelum meninggal, Yadi sempat dirawat selama 16 hari dan beberapa kali dirujuk. Bahkan, Yadi sempat didiagnosa mengalami kelumpuhan. Yadi dikabarkan meninggal dunia di RS Hermina Tangerang pada Rabu, 9 Oktober 2024 pukul 17.50 WIB. Kini, jenazah Yadi sudah dimakamkan di TPU Rangkasbitung pagi hari.
Di tengah aksi solidaritas, salah satu rekan Yadi yang juga menjadi korban dengan luka ringan akibat demo anarkis, Martono dengan penuh emosi mengutarakan harapan yang sama seperti Ade. Martono ingin otak aksi anarkis di adili.
Sebelum membubarkan Ketua DPRD Lebak, Juwita Wulandari turut menemui masa yang melakukan aksi solidaritas. Juwita kemudian tidak menampik aksi yang terjadi pada 23 September lalu sarat dengan kepentingan. Terlebih, aksi anarkis yang dilakukan kala itu merupakan aksi penolakan dirinya yang dicalonkan menjadi Ketua DPRD Lebak.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Dorong Ketahanan Pangan Nasional Disaat Kenaikan Konsumsi Beras dan Jumlah Penduduk
“Demo 23 September 2024 laku, demo tentang ketua DPRD, apa salah dokter Juwita sampai mengakibatkan hilangnya nyawa. Padahal ini sebenarnya pribadi, apa salah saya. Saya juga cinta Lebak, saya juga mengabdi buat Lebak, sampai kaya gini sangat disayangkan sekali (timbul korban jiwa), apa salah saya, menyebabkan seperti ini,” terangnya.
Saat ini, kasus tersebut tengah ditangani oleh Satreskrim Polres Lebak dan telah masuk ke tahapan penyidikan. Kanit Krimum Satreskrim Polres Lebak, IPDA Sutrisno mengungkapkan pihaknya kini telah memeriksa 5 orang saksi dari Satpol-PP dan juga masa aksi anarkis.
“Besok kita akan lanjut pemerikasaan terhadap korlap aksi,” kata Sutrisno.
Sutrisno mengaku pihaknya mengalami sedikit kendala. Kata dia, pihaknya sempat kesulitan menemukan identitas korlap. Selain itu, organisasi yang melakukan aksi dan alamat sekretariat organisasi tersebut fiktif. Tak sampai di situ, contact person yang tertera dalam surat pemberitahuan aksi tidak aktif.
Baca Juga: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Apresiasi Program Sarapan Bersama SD Negeri Serang 02
“(Kelompok) Ini dia instan dan taktis dalam membuat pergerakan ini. Jadi agak kesulitan mencari dari identitas si korlap ini,” tandasnya. (***)