Oleh: Riswanda
Sorotan Riswanda (2022, 25 Februari) mengajak perenungan bersama terkait fakta langkanya minyak goreng di negeri penghasil sawit terbesar di dunia (Kompas 2022, 31 Januari).
Tercatat, Indonesia unggul selaku produsen minyak sawit di tangga teratas dunia sejak 2006, melangkahi rangking Malaysia selama tahunan. Produksi sawit Nusantara memenuhi 43,5 juta ton dengan pertambahan hitung panjang sebesar 3,61 persen per tahun. Frasa kunci akselerasi kebijakan, yaitu ‘kecerdasan jejaring’ atau ‘network intellegence’ digarisbawahi Riswanda (2022, 27 Februari).
Kendatipun, ulasan perihal kelangkaan minyak goreng tampaknya masih terus berlanjut, dan terasa paradoks di tengah upaya-upaya lain mendorong pemulihan ekonomi nasional.
Ekonomi digital tampaknya telah mengubah banyak hal. Mulai dari perilaku, konsumsi, hingga cara berbisnis, yang pada intinya menuntut kemampuan dalam mobilisasi dan orkestrasi sumber daya. Kepiawaian terbilang kini sudah menjadi tuntutan sekaligus “pembeda” demi menghantar keberhasilan. Upaya mencolok, sebetulnya, di sela himpitan dampak kelangkaan minyak di ragam wilayah Nusantara.
Para pelaku usaha kuliner dan masyarakat umum mengeluhkan melambungnya harga minyak goreng di pasaran akhir-akhir ini. Pergerakan liar harga minyak goreng, naik tajam membuat pemerintah harus mampu memberikan solusi. Salah satu cara pemerintah untuk mengatasinya dengan memberikan subsidi.
Tidak tanggung-tanggung, pemerintah menggelontorkan subsidi sebesar 7,6 Triliun yang digunakan untuk membayar selisih harga kepada para pengusaha minyak goreng. Namun pertanyaannya, efektifkah subsidi 7,6 Triliun mengatasi pergerakan liar harga minyak goreng? Lalu, apa hubungan kekusutan minyak goreng dengan filosofi Batman?
Filosofi Batman dan rujukan superhero populer lain ikut meramaikan pembelajaran filsafat di beberapa Universitas ternama Amerika (BBCNews 2010, 12 Agustus). Menarik mencermati bagaimana penafsiran kritis ‘tradisi Socrates’ dihubungkan dengan nilai pembelajaran kekinian. Socrates mentradisikan ‘analog’ dan ‘mitologi pertanian’ sambil berjalan-jalan di Athena.
Berdialog perihal nilai filosofi yang ingin disampaikan melalui bahasa kebanyakan orang — blending in, put your shoes in their shoes. Apa maknanya? Bercermin dan terinspirasi, sekaligus mengambil pelajaran dari senior, sejawat, dan bahkan tokoh fiksi idola adalah lumrah.
Batman mengajarkan bahwa perbuatan Kita, bisa jadi mengungkai siapa diri Kita. Batman juga memandu diskusi filsafat bahwa nilai kepahlawanan dapat diterapkan oleh siapa saja. Dimulai dari hal kecil dan sederhana dan tidak melulu mesyaratkan power luar biasa dari seorang individu.
Menukil langsung kalimat Bruce Wayne sebagai tokoh utama sinema Batman: ‘A hero can be anyone, even a man doing something as simple and reassuring as putting a coat on a young boy’s shoulders to let him know that the world hadn’t ended’. Hubungannya dengan kekusutan langka minyak goreng saat ini? Jika saja oknum-oknum penimbun minyak dan para pembeli panik (panic buyers) memiliki nilai kepahlawanan seperti terurai dalam filosofi Batman, niscaya kelangkaan cepat teratasi.
Arkian, andai saja para pemegang kedaulatan keputusan kebijakan berkenan untuk blending in, seperti Socrates, dan tidak miskin empati dengan put their shoes in the shoes of those surviving poverty, maka mungkin kelangkaan ini tidak akan pernah terjadi.
Pengoplos solar pada minyak goreng curah juga barangkali tidak ada. Semestinya, pembelajaran filosofi Batman turut mengilhami perancang cetak biru kebijakan, untuk belajar dari kelangkaan bawang dan garam di masa lalu. ‘The formulation of public policies builds on learning from experiences […] In these challenges and many others, learning from past mistakes’ (Moyson, Scholten, Weible 2017).
Ketepatan rancang bangun formulasi kebijakan justru berasal dari pembelajaran kesalahan masa lalu, pengalaman sebelumnya. Sebuah evaluasi dan penilaian dari regulasi terdahulu, kemudian dijadikan titik pijak memastikan regulasi saat ini dan keberlanjutan regulasi tersebut ke depan. Sekadar strategi tergesa-gesa dan uji coba ramuan baru, bukan solusi jitu. Batman dikisahkan memiliki pengalaman gagal atau jatuh berkali-kali. Namun menarik pelajaran dari setiap kegagalannya.
Mencuplik Thomas Wayne, Ayah Bruce Wayne berucap: ‘Why do we fall, Bruce? So that we can learn to pick ourselves up.’ Makna cuplikan kalimat ini bagi regulasi garib minyak goreng adalah orientasi pada proses dan bukan semata hasil. Pengawasan proses distribusi minyak, dan proses sampaian pesan publik mengenai langkah bantuan pemerintah dengan kebijakan satu harga misalnya.
Antisipasi-solusi ikut menjadi pembelajaran filosofi Batman. Armor berat di kostum sang tokoh menyulitkan gerak, segera diganti dengan armor ringan lincah gerak. Obat halusinasi Dr Craine dalam salah satu serial, lekas ditangkis oleh penangkal efek. Efek domino drama pemberitaan langka minyak goreng, seharusnya tangkas ditanggapi dengan hukuman berat bagi penimbun oportunis.
Penulis adalah associate professor dan analis kebijakan di Untirta










