BANTENRAYA.COM – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mengajak anak-anak dan remaja di seluruh Indonesia untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
Imbauan ini sebagaimana disampaikan langsung oleh Menteri PPPA, Arifah Fauzi dalam acara Webinar Series.
“Libur Telah Tiba” yang digelar bersama Yayasan Save the Children Indonesia, sebagai bagian dari rangkaian Lokakarya Forum Anak Nasional 2025, Kamis, (10/7/2025).
Baca Juga: Pemprov Banten Usulkan Perluasan Sekolah Rakyat, Fokus Jangkau Masyarakat Miskin
Dengan mengangkat tema “Bijak di Dunia Digital, Tanggap di Krisis Iklim”, Arifah mengatakan jika bijak dalam bermain media sosial adalah yang harus ditanamkan pada anak.
Sebab, kata dia, ruang digital saat ini menjadi medan baru yang sarat risiko bagi anak.
Dikutip dari laman resmi KemenPPPA (kemenpppa go.id), berdasarkan survei Komnas Perlindungan Anak pada 2022, sebanyak 40 persen anak Indonesia pernah mengalami kekerasan di ruang daring, termasuk perundungan (cyberbullying).
Baca Juga: Nonton Drakor Our Movie Episode 9 Sub Indo: Jalani Backstreet, Da Eum dan Je Ha Ketahuan?
“Media sosial dan teknologi tidak bisa kita tinggalkan, karena bagian dari kehidupan masa kini. Namun, jangan sampai kita terlena dan menjadi korban sebab ketidakarifan kita dalam menggunakan media sosial,” kata Arifah dikutip Jumat, 11 Juli 2025.
Ia menekankan pentingnya prinsip saring sebelum sharing dalam aktivitas bermedia sosial, terutama bagi kalangan anak dan remaja.
Pemeriksaan terhadap kebenaran informasi serta empati terhadap dampak dari sebuah unggahan disebut sebagai langkah awal membentuk ruang digital yang sehat.
Baca Juga: Dana BSU 2025 Tak Kunjung Cair? Ternyata Ini Penyebab Sekaligus Solusi Agar Dapat Rp600 Ribu
“Jika menerima informasi, cek dulu kebenarannya. Setelah itu, tanyakan kepada diri sendiri apakah informasi tersebut penting untuk disebarkan, dan apakah ada pihak yang bisa tersakiti jika informasi itu dibagikan. Bijaklah sebelum mengunggah atau membagikan sesuatu,” ucapnya.
Arifah juga mengingatkan bahwa, anak-anak adalah bagian penting dalam proses pembangunan.
Karena itu, ia menilai negara, keluarga, masyarakat, dan dunia usaha harus ikut memastikan tumbuh kembang anak berlangsung dalam lingkungan yang aman, inklusif, dan responsif terhadap tantangan zaman.
Baca Juga: KKM 58 Uniba Perluas Penjualan UMKM Telur Puyuh di Rangkasbitung
“Dunia digital dan krisis iklim adalah dua tantangan besar yang harus dihadapi anak-anak masa kini. Kita semua wajib hadir untuk mendampingi mereka tumbuh dengan aman, tangguh, dan bijak,” tegasnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, CEO Save the Children Indonesia, Dessy Kurwiany Ukar, menyebut bahwa tantangan perlindungan anak di era digital dan perubahan iklim kian kompleks.
Ia menilai risiko-risiko baru yang muncul membutuhkan perhatian lintas sektor.
Baca Juga: Ruang Rapat Disulap Jadi Tempat Fitness, Pemkot Cilegon Siap Fasilitasi Pegawai Lebih Bugar
“Digitalisasi membawa peluang besar, tetapi juga risiko yang mengancam keselamatan dan hak-hak anak. Sementara itu, dampak perubahan iklim memperparah ketidakpastian yang dialami anak-anak, memperpanjang masa krisis dan menghambat akses mereka terhadap kebutuhan dasar,” jelas Dessy.
Ia juga mengajak semua pihak untuk menjadikan Hari Anak Nasional 2025 sebagai momentum menegaskan kembali komitmen perlindungan terhadap anak.
“Kita perlu membuka ruang bagi anak-anak untuk menjadi agen perubahan, karena merekalah generasi yang akan menghadapi masa depan secara langsung,” pungkasnya.***


















