BANTENRAYA.COM – Gubernur Banten Andra Soni menyebut koperasi desa merah putih adalah jawaban dan garda terdepan dalam memutus praktik pinjaman berbunga tinggi yang marak di masyarakat, seperti yang dikenal dengan rentenir atau biasa disebut Bang Emok.
Menurutnya, koperasi desa merah putih bukan hanya instrumen ekonomi, tetapi juga alat perjuangan sosial berbasis gotong royong.
Hal itu disampaikan Gubernur Banten Andra Soni saat meninjau langsung Koperasi Merah Putih Desa Ranjeng, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Jumat, 4 Juli 2025.
Diketahui, koperasi ini nantinya akan mewakili Provinsi Banten dalam dialog nasional bersama Presiden RI pada peringatan Hari Koperasi Nasional, 19 Juli 2025 mendatang.
Baca Juga: Karyawan Outsourcing PT KJI Pukul Atasannya hingga Bibirnya Robek, Kasusnya Dibawa ke Meja Hijau
“Koperasi bukan sekadar wadah ekonomi, tapi alat perjuangan modern berbasis gotong royong untuk memutus ketergantungan warga pada praktik ekonomi tidak sehat seperti rentenir,” kata Andra.
Menurutnya, keberadaan koperasi di desa menjadi langkah nyata dalam menghadirkan kemandirian warga.
Dengan menyediakan kebutuhan dasar seperti sembako, gas LPG, hingga jasa transportasi, koperasi menjawab langsung kebutuhan warga tanpa membebani mereka dengan skema pinjaman yang eksploitatif.
Hingga saat ini, kata Andra Soni, hampir seluruh desa dan kelurahan di Banten telah membentuk Koperasi Desa Merah Putih, dengan pengecualian Desa Kanekes yang tetap mempertahankan kearifan lokal.
Baca Juga: Soal Penambahan Rombel SMP dan SMA di Kota Serang, Muji Rohman Banding-bandingkan dengan Jawa Barat
Andra juga menyebut, jika Koperasi Desa Ranjeng telah terhubung langsung dengan program strategis Pemerintah Provinsi atau Pemprov Banten, seperti Program Bang Andra (Bangun Jalan Desa Sejahtera) yang fokus membuka akses dan pergerakan ekonomi di pedesaan.
“Program Bang Andra ini adalah bagian dari strategi besar pemerintah untuk membangun ekonomi desa dari bawah. Jika jalan desa baik, ekonomi bergerak, sosial lancar, dan kesejahteraan meningkat,” jelas Andra.
Kendati demikian, Andra mengaku jika pembangunan desa tak hanya dilihat dari aspek fisik.
Harus ada pendekatan sosial-ekonomi yang holistik, termasuk keberpihakan kepada guru, guru ngaji, pelaku usaha kecil, dan penciptaan lapangan kerja lokal.
Baca Juga: Usai Diguyur Bansos, Indeks Menabung Masyarakat Naik
“Pembangunan desa itu harus menyeluruh. Mulai dari penanganan banjir, kesejahteraan guru dan guru ngaji, hingga penciptaan lapangan kerja. Tujuan akhirnya rakyat hidup layak, anak-anak sekolah, dan ekonomi desa terus bergerak,” tuturnya.***