BANTEN RAYA.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten melalui Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Provinsi Banten akan segera mengambil langkah strategis dengan menggelar Gerakan Pasar Murah (GPM) guna menstabilkan harga. Hal itu dilakukan karena meskipun stok pangan di Banten masih dalam kondisi surplus, kenyataannya harga sejumlah komoditas tetap mengalami kenaikan yang signifikan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten, Agus Supriadi mengungkapkan bahwa, surplus pangan seharusnya menjadi jaminan akan stabilitas harga. Namun, data lapangan menunjukkan bahwa 13 dari 23 komoditas strategis justru mengalami kenaikan harga, di antaranya beras premium, beras SPHP, dan jagung di tingkat peternak.
“Kalau bicara ketersediaan, kita aman. Ketersediaan pangan strategis seperti beras, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, hingga minyak goreng masih surplus di Banten. Tapi faktanya, harga di pasaran tetap naik, terutama beras premium dan jagung,” kata Agus, Senin (10/2/2025).
Agus menyampaikan, kenaikan harga di tengah surplus stok disinyalir karena faktor distribusi dan permintaan yang tinggi di sejumlah wilayah.
Baca Juga: 78,61 Persen Perusahaan Konstruksi di Banten Berskala Kecil
“Bukan berarti stok banyak otomatis harga turun. Distribusi dan pola konsumsi masyarakat juga berpengaruh besar. Karena itu, kami akan segera menggelar Gerakan Pasar Murah untuk membantu masyarakat mengakses bahan pokok dengan harga terjangkau,” jelasnya.
Agus menyebutkan, meskipun ada kenaikam harga. Namun, kata dia, ada beberapa komoditas yang juga mengalami penurunan harga, seperti beras medium, bawang merah, cabai rawit merah, minyak goreng curah, dan tepung terigu.
“Jadi sebetulnya kenaikan harga di 13 komoditas itu tidak begitu berpengaruh besar terhadap inflasi kita. Akan tetapi, tetapi harus kita intervensi melalui operasi pasar ini. Jangan sampai menjadi tidak terkendali,” ucapnya.
Agus juga mendorong agar masyarakat dapat memanfaatkan lahan pekarangan rumah sebagai langkah jangka panjang. Agus menyebutkan bahwa luas lahan pekarangan di Banten jauh lebih besar dibandingkan lahan sawah baku.
“Dari data yang kami peroleh, lahan sawah baku hanya sekitar 7 juta hektare, sementara lahan pekarangan lebih dari 10 juta hektare. Nah ini kalau dioptimalkan, masyarakat bisa membantu memenuhi kebutuhan sendiri dan sekaligus menekan kenaikan harga di pasar,” pungkasnya.
Baca Juga: Awal Tahun, 107 Knalpot Brong di kabupaten Lebak Diamankan Polisi
Senada dengan itu, Penjabat (Pj) Gubernur Banten, A Damenta, juga turut menyoroti pentingnya kemandirian pangan. Ia meminta masyarakat untuk tidak terlalu bergantung pada pasokan dari luar daerah.
“Kalau kita terus mengandalkan pasokan luar, kita akan rentan terhadap kenaikan harga. Manfaatkan lahan di sekitar rumah untuk menanam tanaman pangan. Ini bukan hanya solusi ekonomi, tapi juga strategi ketahanan pangan,” kata Damenta. (***)


















