Oleh : Agus Hidayatullah*
Rangkaian penyelenggaran puncak ibadah Haji tahun 2024 telah usai. Banyak kisah yang mengiringi rangkaian Haji tahun ini yang agaknya sayang untuk tidak dikisahkan. Mulai dari pemberangkatan kloter pertama, lalu pelaksanaan puncak ibadah haji beserta dinamika yang mengiringinya, sampai pada penjelasan tentang potret penyelenggaran serta layanan bagi jamaah haji yang secara prima diperlihatkan oleh Kementerian Agama.
Dapat dikatakan disini bahwa secara keseluruhan, penyelenggaraan ibadah haji tahun ini berlangsung secara lancar. Berbagai tantangan dan hambatan pun dapat diminimalkan. Keluhan dari jamaah haji yang berkenaan dengan layanan serta fasilitas jamaah nyaris tidak terdengar. Angka kematian pun turun dibanding dengan angka kematian jamaah pada tahun-tahun sebelumnya.
Memang sejak semula, Kemenag berupaya melakukan sejumlah strategi dan pendekatan guna mengatasi berbagai kendala yang biasa dijumpai dalam setiap pelaksanaan penyelenggaran ibadah haji. Berbagai pendekatan yang meliputi layanan maksimal ketika pemondokan, penyediaan moda transportasi yang real time, penyediaan konsumsi khas nusantara dengan standar gizi serta higienitas tinggi, penyiapan layanan kesehatan yang terkoordinir, sampai mendiasporakan titik-titik penting untuk menjangkau kelompok disabilitas agar segala kebutuhan dasarnya terpenuhi.
Baca Juga: Indonesia Dapatkan Kuota Haji Tahun 2025 Sebanyak 221.000 Jamaah
Kebijakan Inovatif
Layanan prima serta kebijakan inovatif yang ditunjukan oleh Kementerian Agama melalui panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) merupakan salah satu kunci keberhasilan penyelenggaraan ibadah Haji tahun ini. Salah satu contoh inovasi layanan yang dikembangkan ialah kebijakan Murur saat di Armuzna (Arafah-Muzdalifah-Mina).
Dalam prakteknya, kebijakan ini dinilai efisien mendorong jamaah lansia dan risti (resiko tinggi) untuk hanya mampir (murur) di Muzdalifah dari Arafah ke Mina. Strategi kebijakan sebagai implementasi rukhsoh (keringanan) melalui pendekatan kemanusian ini diterapkan guna menghindari penumpukan dan terlantarnya jamaah haji terutama mereka yang memiliki uzur syar’i yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti yang terjadi pada musim-musim haji sebelumnya. Kebijakan murur didukung oleh penyediaan bus solawat yang secara khusus mengangkut hilir mudik jamaah dengan rute Pemondokan-Arofah-Mina yang menempatkan kelompok lansia sebagai prioritas.
Penggunaan teknologi digital berupa sistem Kawal Haji dan sistem Fast Track yang berguna untuk mersepon segala persoalan yang terjadi ketika pemberangkatan awal sampai saat pelaksanaan ibadah haji membuat layanan terhadap para jamaah menjadi sangat optimal. Keberadaan platform digital tersebut juga membuat proses pelaksaan menjadi efisien. Publik dan terutama keluarga jamaah haji dapat dengan mudah memantau segala aktifitas gelaran Haji.
Sementara itu, suatu hal yang tidak kurang pentingnya ialah keseriusan dari Kemenag dalam melakukan analisis trend. Atau suatu strategi dan metode membaca kecenderungan dari sifat dinamis penyelenggaraan Haji yang berpotensi mengalami perubahan namun tetap dapat diukur. Pola strategi semacam ini memungkinkan perencanaan penyelenggaraan ibadah haji dapat dievaluasi sampai pada level terkecil yang mencakup aspirasi serta keluhan jamaah sehingga menghasilkan perbaikan layanan secara optimal.
Baca Juga: Banyak Jemaah Haji Meninggal Dunia Akibat Cuaca Panas, Kondisinya Ada yang Tergeletak di Jalan
Dedikasi
Kebijakan yang terencana serta strategi inovatif yang diterapkan oleh Kemenag pada penyelenggaraan haji 2024 jelas patut diapresiasi. Namun demikian sesempurna apapun suatu perencanaan dan kebijakan pada akhirnya juga tergantung pada sejauh mana layanan prima ditunjukan oleh para petugas haji di lapangan. Karena petugas haji ialah eksekutor yang menentukan berjalanannya kebijakan penyelenggaran haji.
Dalam hal ini, para petugas haji yang telah melewati serangkaian pembekalan mampu menunjukan kinerja dengan baik. Bahkan melampaui kata profesional. Saya menyaksikan sendiri bagaimana para petugas haji tanpa lelah memberikan layanan terhadap para jamaah khususnya kelompok lansia dan disabilitas.
Ada diantara petugas haji yang membersihkan toilet dari jamaah lansia, ada yang membetulkan pendingin ruangan (AC), ada yang secara sergep mengantar jemput jamaah lansia yang memiliki berbagai keperluan kecil, ada yang tidak peduli dengan jam tidurnya karena panggilan mendesak dari jamaah yang memerlukan layanan, ada pula yang beralih profesi menjadi intruktur senam yang disesuaikan dengan kelompok lansia agar tetap terjaga kebugarannya.
Bahkan diantara yang terunik yang dapat penulis catat disini ialah terdapat petugas haji yang berpuasa alias mengosongkan perut dengan tujuan agar dirinya tidak harus buang air sehingga harus ikut antri di toilet bersama para jamaah terutama di Mina dan Muzdalifah.
Berbagai pemandangan yang memperlihatkan dedikasi para petugas haji tidak bisa sepenuhnya tergambar lewat tulisan atau ungkapan. Ada diantara jamaah lansia yang berterus terang menyampaikan keinginannya untuk menjodohkan cucu ataupun anaknya dengan salah satu petugas yang melayaninya.
Kejadian seperti itu tentu tidak pernah terlintas dalam benak para petugas dan panita haji. Karena sejatinya mereka memang sedang bekerja secara profesional melayani para jamaah. Namun para jamaah yang dilayani merasa bahwa para petugas ini seperti sedang tidak bekerja. Mereka seperti saudara atau bahkan anak sendiri yang tengah melayani dengan setulus hati.
Tentu sangat sulit bagi saya untuk mendeskripsikan berbagai sikap jamaah baik secara langsung (melalui tutur kata) maupun tidak langsung (melalui pelukan, senyuman dan tatapan syahdu) yang kesemuanya hanya dapat dirasakan melalui penginderaan hati nurani. Sesuatu yang mungkin jarang dirasakan oleh mereka yang tidak terlibat langsung didalamnya. Sehingga kerap kali para petugas haji juga melihat para jamaah khususnya kaum lansia sebagai orangtua sendiri.
Baca Juga: Jemaah Haji Pandeglang Dipastikan Sehat Usai Jalani Puncak Ibadah
Nuansa timbal balik semacam itu tidak mungkin terwujud kalau bukan karena adanya ketulusan sikap, praktek pelayanan serta interaksi yang baik diantara keduanya (petugas dan jamaah). Hal ini pula yang kerap ditekankan berulangkali oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas diberbagai kesempatan bahwa para petugas adalah anak yang selalu siap melayani segala keperluan orangtuanya (jamaah lansia).
Saya bersaksi bahwa gelaran haji tahun 2024 ini merupakan pementasan suci yang diiringi semangat beribadah kepada sang pencipta sekaligus semangat saling mengasihi terhadap sesama. Semoga para jamaah haji Indonesia dan jamaah haji diseluruh dunia memperoleh keberkahan dan menjadi haji mabrur.
*Akademisi STAI Syekh Manshur Pandeglang.



















