BANTENRAYA.COM – Upaya melestarikan kesenian tradisional Dodod, salah satu warisan budaya khas Banten, kembali mendapatkan perhatian serius.
Hal tersebut terungkap dalam kegiatan seminar yang digelar Tim Hibah Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Bina Bangsa (Uniba) yang didanai penuh dari Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemdiktisainte.
Kegiatan ini mengangkat tema “Integrasi Muatan Lokal Daerah untuk Kesenian Tradisional Dodod”, di Kampung Pamatang, Desa Mekarwangi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang.
Baca Juga: Rayakan Kapasitas 200 MW, Sun Energy Pasok Listrik Panel Surya ke Lamipak Cikande
Langkah ini menjadi bukti komitmen perguruan tinggi bersama pemerintah dalam menjaga kelestarian budaya lokal melalui jalur pendidikan.
Seminar menghadirkan dua narasumber utama, yakni Surani, praktisi sekaligus pelestari Dodod senior, serta Hj. Asipah, akademisi yang fokus pada implementasi muatan lokal di sekolah dasar.
Dalam pemaparannya, Surani menjelaskan sejarah panjang Dodod yang telah ada sejak tahun 1858. Dodod berasal dari kata dadasar, terinspirasi dari lima rukun Islam dan lima sila Pancasila. Kesenian ini dahulu erat kaitannya dengan aktivitas pertanian masyarakat.
Baca Juga: Tempat Makan MBG Mengandung Minyak Babi? Kepala BGN: Kami Sedang Pelajari
“Dodod digunakan untuk menyemangati petani dan mengiringi ritual masa tanam. Berbagai lagu pengiring seperti Pamatang, Lutung Kasarung, Lagu Jalan dan Reog memiliki makna simbolis dalam setiap tahapan bertani,” katanya, kemarin.
Selain itu, ciri khas Dodod terlihat dari penggunaan bedug (bedug indung, bedug sirogrog) dan angklung laras buhun khas Pamatang, serta busana tradisional berupa pakaian kampret dan ikat kepala lomar.
Sementara itu, Hj. Asipah menekankan pentingnya memasukkan kesenian tradisional ke dalam kurikulum sekolah dasar.
“Muatan lokal merupakan sarana strategis untuk melestarikan budaya daerah. Kesenian Dodod harus dikenalkan kepada generasi muda melalui pelajaran muatan lokal dan kegiatan ekstrakurikuler. Program ini juga mendukung penguatan Profil Pelajar Pancasila sesuai dengan Kurikulum Merdeka,” tegasnya.
Lebih jauh, ia menambahkan bahwa hasil seminar ini dapat dijadikan referensi bagi sekolah-sekolah dasar lain di Kabupaten Pandeglang dan bahkan Provinsi Banten dalam mengembangkan muatan lokal Kurikulum Merdeka.
Dengan demikian, upaya pelestarian kesenian daerah dapat berjalan serentak dan berkesinambungan.
Baca Juga: Baru 25 Unit yang Beroperasi, Kopdes Merah Putih di Kabupaten Serang Hanya Jualan Minyak Goreng
Seminar ini diharapkan menjadi momentum penting agar kesenian Dodod tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga hidup kembali melalui dunia pendidikan dan kreativitas generasi muda. ***