BANTENRAYA.COM – Polri mengungkap jika 2,1 ton narkoba berbagai jenis yang dimusnahkan di PT Wastec Internasional di di Kawasan Industri Krakatau, Kota Cilegon banyak di produksi di dalam negeri.
Artinya, peredaran narkoba sendiri tidak hanya ada dari luar negeri saja, termasuk dalam negeri sudah banyak pabrik klandestin alias ahasia dan tersembungi Indonesia.
Hal itu, karena cukup banyak jenis narkoba dari bahan Kimia bisa produksi dari pabrik di Indonesia.
BACA JUGA: Le Semar Hotel Hadirkan Pengalaman Jadi Bangsawan Belanda dalam Semalam
“Sabu ini kan produk kimia, bukan alami banyak pabrik klandestin yang ada yang dari Indonesia, ada yang memang dari luar negeri dan ada juga yang jauh langsung dari Cina. Tapi pada umumnya kalau dari Cina itu banyak prekursor bukan narkotik sabu ini, masuk ke Indonesia dalam bentuk jadi,” kata Kasubdit II Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Kombes Pol Audie Carmy Wibisana dalam acara pemusnahan pada Kamis 30 Oktober 2025, dini hari tadi.
“Jadi kalau soal sabu atau barang-barang kita bilang sintesis ya, dia kimia atau segala macam itu semuanya bisa dibuat juga di Indonesia, sehingga kita bagaimana bekerja keras untuk mengungkap lab-lab klandestin tersebut,” ucapnya.
Audie menyatakan, masih ada tantangan cukup besar untuk bisa mampu mengungkap jaringan dan kejahatan peredaran narkoba. Beberapa misalnya adalah soal undang-undang.
Di Indonesia sekarang hanya seraturan seratus nama New Psychotropic Substance (NPS). Tapi, sekarang di dunia sudah ada ribuan nama.
“Jujur saja kayak sekarang nih ya misalkan dari undang-undangnya. Undang-undang kita itu hanya mengakomodir sekian seratus yang namanya NPS. Nah, sementara di dunia ini itu sudah lebih dari seribu NPS,” paparnya.
Selanjutnya, papar Audie, jumlah personel dan anggaran yang terbatas juga menjadi tantangan untuk bisa lebih masid melakukan pemberantasan dan perang terhadap narkoba.
“Karena kami anggaran terbatas, personil yang tidak memadai. Kami di lapangan kadang-kadang berbulan-bulan itu ngejar-ngejar yang seperti ini itu paling hanya bertiga, bertempat. Nah itu sesuatu hal yang sebenarnya sangat riskan, baik keselamatan jiwa dari tugasnya,” ucapnya.
Soal banyaknya pengungkapan kasus dari Sulawesi dan Kalimantan tersebut, papar Audie, bukan karena adanya pergeseran pasar peredaran narkoba.
Namun, itu karena Polda di bagian wilayah timur juga sangat massif melakukan pengungkapan seperti Polda jajaran yang ada di wilayah barat baik itu Jawa dan Sumatera.
“Oh tidak, jadi pintu-pintu masuknya selama ini tetap banyak di wilayah barat kita, cuma memang sekarang ini karena banyak barang yang masuk, kemungkinan banyak barang yang masuk itu sudah dan kegiatan, memang ada kegiatan rutin yang ditingkatkan dari teman-teman Polda wilayah timur untuk menyimbangi Polda-Polda wilayah barat. Itu mereka mulai banyak yang terungkap, jaringannya apa segala macam. Jadi bukan kita bilang bahwa banyak apa sudah terjadi pergeseran, tidak. Tapi pengungkapan kita sudah mulai banyak sekarang. Itu hasil kegiatan imbangan,” ujarnya. ***
















