BANTENRAYA.COM – Untuk pertama kalinya, situs cagar budaya Keraton Kaibon di Kota Serang menjadi panggung pertunjukan teater boneka.
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII menyelenggarakan pertunjukan teater boneka kolaborasi dengan Solid Art Indonesia melalui karya berjudul “Ibu Suri” garapan sutradara Alwin Prayoga.
Dengan latar Keraton Kaibon yang memiliki nilai historis tinggi, pertunjukan ini mengusung pendekatan berbeda: tanpa panggung, tanpa tenda, dan tanpa intervensi besar pada struktur cagar budaya.
Hal ini dilakukan untuk menjaga keaslian dan kelestarian bangunan yang menjadi peninggalan Kerajaan Banten.
“Kami sadar sepenuhnya bahwa ini adalah kawasan cagar budaya, jadi semua proses kami lakukan secara hati-hati. Kami tidak menggunakan panggung atau tenda, dan menjaga kebersihan serta struktur bangunan. Ini bagian dari komitmen kami,” ujar Alwin Prayoga, sutradara sekaligus Ketua Yayasan Solid Art Indonesia.
BACA JUGA: Polisi Bekuk Pelaku Curanmor Spesialis Parkiran di Pandeglang
Pertunjukan “Ibu Suri” sendiri bukan sekadar tontonan. Ia adalah bentuk representasi sejarah lokal yang dibungkus dalam medium seni boneka, sekaligus menyisipkan elemen teater naratif.
Cerita yang diangkat sangat berkaitan dengan konteks Keraton Kaibon, menjadikan tempat bersejarah ini bukan hanya sebagai latar, tapi juga bagian dari narasi yang hidup.
“Melalui pertunjukan ini, kami ingin menghidupkan kembali Keraton Kaibon, bukan hanya sebagai objek wisata diam, tapi sebagai ruang yang bisa diaktivasi secara kreatif dan edukatif. Harapannya, ini bisa jadi ruang alternatif pertunjukan seni—selama tetap mematuhi aturan pelestarian,” tambah Alwin.
Tak disangka, antusiasme masyarakat terhadap acara ini cukup tinggi. Meski tak menargetkan penonton dalam jumlah besar, namun yang hadir justru melebihi ekspektasi—termasuk banyak anak-anak dan warga awam yang sebelumnya belum pernah menonton teater.
“Yang datang bukan hanya kalangan seniman, tapi juga masyarakat umum, termasuk anak-anak. Mereka ternyata antusias, bahkan lebih banyak dari pertunjukan kami sebelumnya di Gedung Juang. Ini jadi bukti bahwa masyarakat sebenarnya haus hiburan berkualitas yang mengedukasi,” katanya.
Perwakilan BPK Wilayah VIII, Maharani Qadarsih, menyebut bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program pengaktifan situs budaya yang dinaungi oleh Museum Kepurbakalaan Banten Lama.
Program ini menyasar pelibatan masyarakat lokal dalam kegiatan budaya sebagai sarana edukasi, hiburan, dan pelestarian nilai sejarah.
“Kegiatan seperti ini penting, apalagi ‘Ibu Suri’ punya keterkaitan sejarah dengan lokasi pertunjukan. Kami ingin masyarakat bisa lebih dekat dengan sejarah mereka sendiri, bukan hanya lewat buku, tapi lewat ekspresi seni seperti pertunjukan ini,” ujar Maharani.
Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat lingkungan Jabang Bayi, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, termasuk dari tokoh pemuda setempat. Menurutnya, kegiatan seni seperti ini bisa menjadi alternatif hiburan yang sehat bagi anak-anak, dibandingkan hanya bermain gadget.
“Sekarang anak-anak terlalu sering main HP. Lewat pertunjukan seperti ini mereka bisa belajar tentang budaya dan sejarah secara menyenangkan. Gratis pula. Kami berharap ada keberlanjutan dari kegiatan seperti ini ke depan,” ujarnya.
BPK Wilayah VIII sendiri berencana akan menggelar pertunjukan lanjutan dalam bentuk teater boneka di Benteng Speelwijk dan lokasi-lokasi lain yang masih dalam satu rangkaian dengan program aktivasi budaya di kawasan Banten Lama.
Keraton Kaibon selama ini lebih banyak dikenal sebagai tempat wisata sejarah dan spot fotografi. Namun lewat pertunjukan ini, ada harapan baru agar situs bersejarah itu bisa berkembang menjadi ruang alternatif seni pertunjukan yang hidup dan berkelanjutan, tentu dengan pendekatan yang tetap mengedepankan pelestarian.
Pertunjukan “Ibu Suri” menjadi titik awal bahwa cagar budaya bukan hanya untuk dikenang, tapi juga bisa dihidupkan kembali—dengan cara yang bijak, kreatif, dan penuh rasa hormat terhadap sejarahnya. ***