BANTENRAYA.COM – Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Agus Supriyadi menyebutkan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, merupakan daerah yang menduduki peringkat pertama sebagai daerah rentan rawan pangan se-Provinsi Banten.
Hal itu ia katakan berdasarkan hasil pemetaan yang telah pihaknya lakukan dengan mengacu kepada beberapa indikator daerah rawan pangan.
“Kebetulan ada satu kecamatan di Kabupaten Serang ya. Itu yang masuk di bagian nomor peringkat pertama, Kecamatan Ciomas,” kata Agus kepada wartawan, Selasa 23 Juli 2024
Baca Juga: Modal Nekat Berbuah Manis, Pengusaha Kayu Dilebak Hasilkan Omzet Rp 200 Juta Perbulan
Agus mengatakan, terdapat sembilan indikator penilaian untuk bisa mengambil kesimpulan mengapa daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah rawan pangan. Salah satunya, kata dia, adalah terkait ketersediaan air bersih, atau masalah dalam mengakses air bersih.
“Jadi ada sembilan indikator penilaian ya, salah satunya ya masalah akses air bersih. Jadi kesulitan akses air bersih itu membuat dia masuk ke kategori rawan pangan,” ucapnga.
Agus menyebutkan, selain Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, terdapat daerah lain yang juga mengalami hal serupa. Di antaranya adalah Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Tangerang.
Baca Juga: Cek Tahanan, Kapolres Serang Bakal Sanksi Pelaku Penganiayaan dan Pungli
“Persisnya saya gak hafal ya, cuma ada itu Kabupaten Serang, Lebak, Pandeglang, Tangerang. Kalau Tangerang itu karena dia akibat alih fungsi lahan,” katanya.
Agus menjelaskan, saat ini pihaknya tengah melakukan upaya intervensi untuk menangani hal tersebut. Di antaranya adalah dengan menyiapkan bahan pangan seperti beras bersubsisi untuk didistribusikan ke wilayah tersebut.
“Kita lakukan upaya intervensi ya, dengan memasukan beras fortivikasi ke sana, ada sekitar 50 ton beras yang kita siapkan untuk nantinya kita distribusikan ke wilayah yang masuk dalam kategori rawan pangan tersebut,” jelasnya.
Baca Juga: Sebar Video Terlarang Pacar Online, Pemuda asal Tangerang Ditangkap Tim Siber Polda Sumsel
“Dan itu tentu juga akan berpengaruh dengan serapan anggaran kita ya, yang saat ini masih dikatakan kecil (serapannya,-red)” imbuhnya.
Diketahui, berdasarkan hasil analisa komposit Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Provinsi Banten tahun 2023, terdapat beberapa kategori, diantaranya adalah sangat rentan rawan pangan, rentan rawan pangan, dan cukup rentan rawan pangan.
Sembilan indikator yang menjadi alat pengukuran untuk penyusunan FSVA terdiri dari tiga pilar ketahanan pangan, diantaranya adalah ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan.
Baca Juga: 43 Ribu Rumah Warga Tak Layak Huni, Pemkab Lebak Terlalu Bangga Bangun 150 RTLH
Sebagai informasi, untuk indikator ketersediaan pangan merupakan rasio konsumsi normatif per kapita terhadap produksi bersih pangan seperti padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan sagu ditambahkan dengan stok dan bantuan pangan beras cadangan pangan pemerintah (CPP).
Sementara, untuk indikator akses pangan, adalah persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan lebih dari 65 persen terhadap pengeluaran, dan persentase rumah tangga tanpa akses listrik.
Kemudian, untuk indikator ketiga, pemanfataan pangan, adalah penilaian berdasarkan lima hal, diantaanya adalah rata-rata lama sekolah untuk perempuan di atas 15 tahun, persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih, dan angka kesakitan.
Baca Juga: Harga Tembus Rp 100 Ribu, Warga Nilai Pemkab Tak Becus Kendalikan Kenaikan Harga Cabai
Selain itu, ada juga rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap kepadatan penduduk, dan prevalensi balita stunting.
Sementara itu, sebelumnya Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar mengatakan, saat ini Pemprov Banten memiliki hampir 1000 ton cadangan beras untuk didistribusikan ke wilayah yang menjadi rawan pangan.
“Ada beberapa kawasan rawan pangan yang sebenarnya wilayah itu masuk ke dalam sentra produksi pangan. Untuk mendukung kerawanan pangan, apabila terjadi krisis pangan yang ekstrem, kita sudah siapkan hampir 1000 ton beras untuk itu nanti kita bagikan seperti tahun-tahun yang sudah kita lakukan,” katanya.
Baca Juga: Link Jeya Tricky English Quiz, Jangan Ngaku Jago Bahasa Inggris Kalo Belum Coba Kuis Ini
“Dan kita akan terus lakukan upaya penanganan baik dalam bentuk intensifikasinya maupun ekstensifikasinya,” tambah Al Muktabar.***