BANTENRAYA.COM – Pengamat Kebijakan Publik Syaeful Bahri buka suara atas pernyataan yang sempat dibuat oleh Wakil Ketua DPRD Kabupaten Serang Abdul Gofur yang sempat viral beberapa hari yang lalu.
Sebelumnya Abdul Gofur membuat pernyataan dukungan terhadap Tempat Hiburan Malam atau THM, sehingga pernyataannya tersebut sempat membuat heboh media sosial.
Syaeful Bahri mengatakan, sebagai seorang pejabat publik harus bisa menjaga ucapannya apabila nantinya akan menjadi konsumsi publik.
“Idealnya enggak boleh salah ngomong, karena faktanya beberapa pejabat publik di level DPR RI kemarin yang salah ngomong, sembarangan itu akhirnya membuat publik marah,” ujarnya, Kamis, 24 November 2025.
Ia menjelaskan, banyaknya kritik dan amarah dari masyarakat harus bisa dijadikan pelajaran oleh Abdul Gofur supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama.
BACA JUGA: Klarifikasi Gak Ngaruh, PP Gamsut Tetap Minta Abdul Gofur Dicopot
“Jadi pelajaran buat semua pejabat daerah, karena ada istilah mulutmu adalah harimaumu. Publik pemerintahan, politik atau siapapun itu jangan asal ngomong,” katanya.
Syaeful menuturkan, sebagai pejabat publik harus bisa memberikan kebijakan yang baik dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
“Poinnya terus hati-hati, mungkin ada hal yang isu-isu sensitif bukan buat main-main gitu loh. Maksudnya hal tersebut jangan diulang,” jelasnya.
Ia menyarankan, sebagai pejabat publik mestinya harus bisa mempelajari apa yang diucapkan karena apa yang disampaikan bisa menjadi bumerang.
“Siapapun harus mempelajari apa yang mau dia katakan. Jadi poinnya kita ini tidak boleh berhenti menjadi pembelajar sepanjang hayat. Apapun topiknya dan masalahnya harus kita pelajari,” paparnya.
BACA JUGA: Abdul Gofur dan Najib Hamas Silang Pendapat Soal THR Perangkat Desa Kabupaten Serang
Syaeful meminta Abdul Gofur untuk bisa memgunakan logika sebelum menyampaikan pendapat atay penyataan yang menjadi konsumsi publik.
“Bukan urusan buruk enggak buruk, saya pikir semua dari kita punya logika sederhana, itu poinnya. Jangan ngomong kemudian baru berpikir. Kita diajari sama guru-guru untuk berpikir dulu baru ngomong,” katanya.***
















