BANTEN RAYA.COM- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten menggandeng Institut Teknologi Indonesia (ITI) untuk mendorong lahirnya “Sarjana Desa Penggerak”. Di mana, anak-anak lulusan perguruan tinggi yang berasal dari desa dan mendapat beasiswa, diminta untuk turun langsung membangun desa dengan ilmu dan inovasi yang sudah dimiliki.
Gubernur Banten Andra Soni mengatakan, program ini menjadi bagian dari upaya Pemprov Banten dalam mempercepat pemerataan pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di kawasan perdesaan.
“Desa punya potensi besar. Tapi tanpa SDM yang mumpuni, potensi itu tidak akan berkembang. Karena itu kami siapkan program Sarjana Penggerak Desa agar lulusan kampus bisa hadir langsung di tengah masyarakat,” kata Andra, Minggu, (25/5/2025).
Andra mengatakan, ITI memiliki program studi yang relevan dengan kebutuhan desa saat ini, seperti teknologi pertanian dan pengolahan pangan. Ia menyebut kerja sama ini sebagai langkah awal menuju Banten yang lebih maju dan merata.
“Kami ingin desa-desa punya akses terhadap ilmu, teknologi, dan sumber daya manusia yang kompeten. Ini kolaborasi yang semangatnya adalah kemajuan bersama,” jelasnya.
Baca Juga: Pemprov Banten Targetkan RPJMD Rampung Sebelum Agustus
“Di mana kita sudah memberikan bantuan melalui dana desa yang alokasinya kita mintakan agar bisa menghasilkan paling tidak satu desa satu sarjana,” tambahnya.
Sementara itu, Rektor ITI, Prof. Syopiansyah Putra Jaya menyatakan kesiapannya mendukung penuh program ini. Ia menyebut ITI telah mengembangkan sejumlah teknologi tepat guna untuk pertanian dan agribisnis desa, seperti smart greenhouse dan sistem pertanian terpadu.
“Kami ingin mahasiswa kami bukan hanya belajar di laboratorium, tapi juga mengaplikasikan keilmuannya di lapangan. Kami percaya, desa bisa jadi ruang belajar sekaligus ruang kontribusi,” kata Syopiansyah.
Lebih jauh, ia juga menekankan akan pentingnya peningkatan kompetensi pemuda desa agar mereka tidak hanya bertani secara konvensional, tapi juga mampu mengelola usaha, mendukung ekonomi kreatif, bahkan program-program kesehatan masyarakat.
“Kita ingin lahir generasi baru di desa. Yang tidak hanya tinggal, tapi juga bisa menggerakkan,” tandasnya. (***)

















