BANTENRAYA.COM – Masyarakat Tionghoa di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak siap menyambut perayaan tahun baru China (Imlek) 2576 Kongzili yang jatuh pada (29/1/2025) mendatang.
Berbagai kegiatan dilakukan, salah satunya memproduksi kue keranjang atau dodol China.
Warga Kampung Bang Arum, Desa Jatimulya, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Pince menjadi salah satu orang yang memproduksi Dodol China tersebut secara musiman.
Baca Juga: Tiga Sekolah Direlokasi, SDN Cijakan 3 Pandeglang Batal Terdampak Proyek Tol Serpan
Artinya, Pince hanya membuat Dodol China di momen Imlek saja.
Bagi Pince, manisnya momen Imlek bisa dirasakan melalui Dodol China yang ia buat.
Bukan tanpa alasan, Pince mengaku mampu meraup cuan jutaan rupiah dari usaha beberapa harinya tersebut. Pince menilai bahwa selain hari raya, Imlek juga rupanya memberikan ia dan keluarganya sebuah berkah.
Baca Juga: Peringati Isra Miraj, MDTA Al-Fatih Pandeglang Gelar Lomba Adzan hingga Cerdas Cermat
“Setiap Imlek saja kita produksi (Dodol China). Tahun ini lumayan omzet kita bisa sampai Rp10-15 juta. Kalau Imlek permintaannya meningkat banget,” kata Pince saat berbincang pada Minggu, 19 Januari 2025.
Tak hanya dijual di Rangkasbitung, Dodol China milik Pince rupanya juga digemari oleh warga lain di luar daerah seperti Pandeglang, Bogor, hingga Sukabumi. Untuk memenuhi permintaan tersebut, ucap Pince, dalam sehari ia bisa memproduksi hingga 25 kilogram dodol dengan varian rasa.
“Sehari bikinnya bisa sampai 25 kilogram, rasanya ada yang original sama rasa duren. Satu gulungnya saya jual Rp25 ribu, jadi kalau satu kilonya bisa Rp100 ribu,” terangnya.
Baca Juga: Faktor Penyebab Pengembangan Dua Desa Wisata Mangkrak di Kabupaten Serang
Pince menuturkan, bisnis Dodol China itu sendiri merupakan bisnis turunan dari orang tuanya. Di 2025 ini, merupakan tahun ke 40 bisnis tersebut berjalan. Bisnis Dodol China yang dilakoni Pince sendiri merupakan bisnis turunan yang ia lanjutkan setelah orang tuanya meninggal. “Usaha musiman yang memang warisan turun temurun. Tahun ini sudah sekitar 40 tahunan lah,” tuturnya.
Pince mengungkapkan bahwa Dodol China miliknya ia buat dari campuran tepung beras ketan yang sudah direndam dan gula pasir yang dicairkan. Setelahnya, campuran tersebut diaduk manual hingga berjam-jam.
Setelah dirasa cukup dan merata, adonan dimasukkan ke dalam loyang bulat dan dikukus dalam dandang besar selama 8 jam. Setelah matang, lalu didinginkan dan dikeluarkan dari dandang, dibungkus plastik dan siap dijual.
Baca Juga: Dampak Perpres 59 Tahun 2024, Kapasitas Rawat Inap RSUD Banten Menyusut
“Setiap pagi jelang Imlek, kita satu keluarga sudah sibuk ini nyiapin semuanya buat bikin Dodol China. Walaupun lumayan capek tuh pas ngaduk-ngaduknya, tapi ya hasilnya lumayan,” ungkapnya.
Bagi Pince, Dodol China yang lengket itu melambangkan persaudaraan yang tak pernah putus dan tetap menjalin cinta kasih terhadap sesama. Sedangkan rasa manis, melambangkan kehidupan yang harmonis dan bisa merasakan manisnya hidup di dunia.
“Kue ini, juga merupakan simbol rasa syukur atau rejeki dan kesuksesan di tahun yang telah lewat, serta pengharapan di tahun-tahun mendatang agar rejeki dan keberhasilan yang sudah diraih dapat semakin meningkat,” tandasnya.***