BANTENRAYA.COM – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cilegon saat ini terus berupaya menekan angka stunting dan pencegahan stunting.
Di mana target hingga 2023, sebanyak 491 anak lepas dari status stunting.
Kepala DP3AP2KB Kota Cilegon Agus Zulkarnaen mengatakan, pihaknya memunyai banyak program pencegahan stunting.
Baca Juga: Kode Redeem ML Mobile Legends 12 September 2022, Dapatkan Skin dan Hadiah Menarik Gratis
Ada 12 program yang dicanangkan DP3AP2KB Kota Cilegon dalam penanganan stunting.
“Pembentukan TPPS Kota, Kecamatan, dan Kelurahan. Minilokakarya di 8 Kecamatan sampe bulan Desember. Orientasi Tenaga Lini Lapangan,” ujarnya.
“Pembinaan dan Pelatihan Kader dalam peningkatan kapasitas dan wawasan terhadap pencegahan dan penurunan stunting. Pelatihan Sekolah Pra Nikah. Pembentukan 2 Kampung KB,” katanya.
Baca Juga: 7 Fakta Menarik Perbuatan Hacker Bjorka, Begini Penjelasanya
Selanjutnya ada program pendampingan kepada Keluarga Beresiko Stunting pada Ibu Hamil, Ibu Pasca Persalinan, Keluarga yg memiliki Baduta dan Balita.
Pelayanan KB. Sosilaisasi Bapak Asuh Anak Stunting. Pendampingan kepada Calon Pengantin.
“Lalu Pembinaan kepada Kelompok Kegiatan ; BKB, BKR, BKL, PIK Remaja dan UPPKA.MoU dgn Tim Ahli Audit Kasus Stunting,” urainya.
Baca Juga: Pembangunan Puspemkab Serang Capai 70 Persen, Semua Kabel Ditanam di Bawah Tanah
Terpisah, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada DP3AP2KB Kota Cilegon Wawan Ihwani mengatakan, berdasarkan data elektronik pencatatan gizi berbasis masyarakat, saat ini ada sekitar 1.628 kasus stunting.
“Target dari Tim Penanganan Stunting yang diketuai Pak Wakil Walikota (Sanuji Pentamarta) target sampai 2023 ada penurunan 491 anak stunting,” kata Wawan, Minggu, 11 September 2022.
Mantan Sekretaris Camat Purwakarta ini mengatakan, guna memenuhi target pengurangan angka stunting sebanyak 491 kasus, pihaknta menarget per kelurahan bisa berkurang 30 persen.
Baca Juga: Senggol Puan Maharani dan Erick Thohir, Hacker Bjorka di Takedown, Benarkah?
“Pola penurunan stunting perlu adanya intervensi bersama dengan Dinas Kesehatan, sementara pencegahan bisa dilakukan oleh DP3AP2KB,” terangnya.
Saat ini, kata Wawan, beberapa program telah dilaksanakannya untuk pencegahan stunting diantaranya penataran terhadap calon pengantin.
“Kami sosialisasi ke calon pengantin, seperti yang melakukan pernikahan sebelum usia 20 tahun untuk perempuan, itu berisiko stunting,” katanya.
Baca Juga: 5 situs dewasa yang paling sering dikunjungi warganet, situs manakah yang pernah kalian akses?
“Kalaupun nikah tidak masalah, tetapi kami sarankan untuk tidak hamil terlebih dahulu,” ujarnya.
Kata Wawan, bagi pasangan yang di atas 35 tahun khsusunya perempuan juga berisiko melahirkan anak stunting.
Selain itu, juga jumlah anak lebih dari 3, serta jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, berisiko stunting.
Baca Juga: Link Ujian Julid Google Form yang Viral di TikTok, Berapa Skor Kejulidan Kalian ?
“Risiko stunting bukan hanya menyasar orang kurang mampu saja, orang mampu pun berisiko jika pola asuh anaknya tidak benar,” terangnya.
Wawan berharap, industri di Cilegon yang memunyai kewajiban mengalokasikan 2,5 persen dari keuntungan untuk program corporate social respilonsibility, juga bisa dialokasikan untuk penanganan stunting dengan memberikan makanan bergizi.
“Di Kelurahan Gerem ada industri serta Lurah dan Camat yang menajdi bapak asuh untuk anak stunting, di Kelurahan Kotabumi RSKM (Rumah Sakit Krakatau Medika) juga menanggung 10 anak stunting di Kelurahan Kotabumu,” jelasnya.***