BANTENRAYA.COM – Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Serang menelan satu korban jiwa dari total 112 kasus DBD yang terjadi sejak Januari hingga Mei 2025.
Bila dibandingkan pada periode yang sama pada tahun 2024 lalu, tercatat 448 kasus DBD dengan lima orang tewas.
Meski angka kasus dan korban meninggal dunia karena DBD pada 5 bulan terakhir di tahun 2025 cenderung menurun, Dinkes Kota Serang mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan cara 3 M plus.
Baca Juga: Tenang, Pemkab Lebak Siapkan Beras untuk Nelayan yang Tak Bisa Melaut Dampak Cuaca Buruk
Kepala Dinkes Kota Serang Ahmad Hasanuddin mengatakan, angka kasus DBD di Kota Serang tidak seperti tahun lalu, sehingga kasusnya menurun bila dibandingkan Mei tahun 2024 lalu.
“Tahu ini sampai dengan bulan Mei ada 112 kasus terdiri dari 69 laki-laki dan 43 perempuan. Ya mudah-mudahan tidak lebih dari itu,” ujarnya kepada Bantenraya.com, Minggu 13 Juli 2025.
Ia mengaku dari ratusan korban yang terjangkit virus DBD, satu korban dinyatakan meninggal dunia.
Baca Juga: Paruh Pertama 2025, 250 Ribu Wisatawan Melancong ke Pantai Lebak
“Ada yang meninggal satu. Cuma saya lupa kecamatan mana. Usia remaja. Tahun kemarin saya nggak hapal,” tuturnya.
“Kalau yang rumah sakit cukup lumayan banyak lah. Tapi yang meninggal satu,” ungkap dia.
Hasanuddin menuturkan, ratusan korban yang terjangkit DBD itu tersebar di Kota Serang.
“Rata ya semua kecamatan ada. Tidak ada yang dominan,” tutur dia.
Ia membeberkan, ratusan korban yang digigit nyamuk DBD hampir semua kalangan.
“Campur. Anak, remaja, orang tua dewasa juga ada, karena nyamuk itu nggak milih-milih korban. Kalau gigit-gigit aja,” bebernya.
Hasanuddin mengimbau kepada seluruh masyarakat Kota Serang untuk senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
PHBS harus menjadi kebiasaan positif karena dapat mengantisipasi kasus DBD melonjak.
“Yang jelas sih dari Dinas Kesehatan mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membiarkan air-air tergenang. Baik di pekarangan atau di tempat mana saja yang dilihat,” ungkapnya.
“Kemudian kalau tempat penampungan-penampungan ya harus ditutuplah. Berbeda dengan DBD ini menggunakan air bersih bukan air kotor,” ucap dia.
Selain menekankan PHBS, ia juga melakukan fogging (pengasapan) terhadap lingkungan yang sudah dinyatakan terdapat korban DBD.
Hanya saja, lanjut Hasanuddin, fogging hanya dapat membunuh nyamuk-nyamuk dewasa.
Baca Juga: Rangking FIFA Timnas Indonesia Naik ke 118, Pangkas Jarak dengan Thailand dan Vietnam
“Kalau fogging atau pengasapan itu membunuh nyamuk dewasa. Jadi dengan fogging tidak bisa mati jentik-jentik itu,” ujarnya.
“Seharusnya yang paling efektif adalah 3M. Mengurus, mengubur dan menutup tempat penampungan air,” jelasnya. ***



















