BANTENRAYA.COM – Penertiban trayek angkutan kota atau angkot di Kota Cilegon tidak pernah tuntas.
Pasalnya, selain angkot jurusan PCI dan Merak yang merupakan trayek resmi di Kota Cilegon, masih banyak angkot trayek Serang, Anyer dan Mancak masuk dan beroperasi di Jalur Protokol Kota Cilegon.
Hal itu juga membuat fungsi terminal tipe C yakni Terminal Seruni tidak pernah maksimal.
Sebab, penumpang bagi angkot jurusan milik Kota Cilegon yakni PCI hanya mengandalkan penumpang dari bus saja.
Baca Juga: 18 Agustus 2025 Cuti Bersama, ASN Pemkot Cilegon Wajib Upacara Bendera Sehari Sebelumnya
Salah satu sopir angkot trayek PCI – Simpang Babang mengeluhkan soal trayek angkot yang tidak tertib di Kota Cilegon, seharusnya seperti angkot Serang tidak boleh masuk dalam kota, melainkan sampai Terminal Seruni saja.
“Penertiban dan pengawasan kurang. Makanya sekarang dari ratusan angkot PCI hanya paling ada 20 angkot saja beroperasi setiap harinya. Sepuluh di jalan dan 10 lagi di terminal (Terminal Seruni),” paparnya, Selasa 12 Agustus 2025.
Sekarang, jelas Babang, pihaknya juga meminta agar ada perhatian serius dari pemerintah, sebab pendapatan sopir angkot hanya Rp100 ribu per hari.
“Kalau dulu belum ada online dan lainnya itu bisa Rp250 ribu perhari. Kalau sekarang itu hanya Rp100 ribu, dipakai buat bensin itu Rp60 ribu sisanya dikasih ke istri paling Rp40 ribu,” jelasnya.
Baca Juga: Darma Mangkuluhur Lamar DJ Patricia Schuldtz, Intip Profil Calon Mantu Tommy Soeharto
Babang menyampaikan, sampai saat ini belum pernah mendapatkan program atau perhatian dari pemerintah.
Ia meminta minimal pemerintah melakukan pengawasan ketat soal trayek Angkot.
Hal itu juga karena sekarang dirinya bersaing dengan angkutan online, sehingga butuh perlindungan dari pemerintah dalam bentuk komitmen trayek.
“Bagaimana yah, nggak pernah ada (Penertiban Trayek). saya mah inginnya juga trayek diperbaiki. Supaya yang Cilegon ini kebagian (penumpang),” tegasnya.
Sopir Angkot Jurusan PCI – Simpang lainnya Mamat menyatakan, trayek tidak tertib sudah terjadi selama puluhan tahun, tdak bisa tertib karena pemerintah tidak pernah tegas kepada pelanggaran para Angkot trayek luar.
“Kalau ibarat anak tergantung orang tua. Kalau perhatian masa anak tidak nurut, atau misalnya kalau orang tua tegas masa anak nggak mau ikut. Tapi yah tadi itu semuanya harus dimulai dari nol,” tegasnya.
Mamat menjelaskan, sudah pernah ada penertiban yang dilakukan, namun, pada akhirnya karena banyak kepentingan hal itu tidak lagi dilakukan.
“Dulu pernah, tapi kan tidak mungkin setiap hari penertiban. Kalau sudah penertiban yang sudah yang penting sudah ada laporan saja. Makanya, dari dulu tidak pernah jelas soal trayek,” pungkasnya.***