BANTENRAYA.COM – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) berhasil menambah deretan guru besarnya. Di antara guru besar yang dikukuhkan adalah H. Suherman (Pendidikan Nonformal), Rahmayetty (Teknik Kmia), Anton Irawan (Teknik Kimia), Teguh Kurniawan (Teknik Kimia), Fauji (Bidang Ilmu Ekonomi) dan Akhmadi (Bidang Ilmu Ekonomi).
Keenamnya dikukuhkan dalam sidang terbuka senat dengan penuh khidmat dan dilaksanakan di Auditorium Kampus Untirta, Sindangsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang. Kegiatan ini dibuka oleh Ketua Senat Untirta H. Rudi Zulfikar, dan dihadiri oleh Rektor Untirta H. Fatah Sulaiman, Sekretaris Senat, anggota Senat, Dekan, Wakil Dekan, Para Kepala UPA, Kabag, Pokja Kabiro dan staf.
Sebelum dikukuhkan, keenam guru besar tersebut menyampaikan pidato ilmiahnya di hadapan hadirin. Suherman dalam orasi ilmiahnya menjelaskan terkait penelitiannya berjudul ‘Evaluasi Manajemen Pendidikan Nonformal: Peluang dan Tantangan’.
Menurutnya, jalur formal belum bisa memenuhi keinginan masyarakat secara utuh, maka solusinya adalah jalur nonformal baik itu sebagai substitusi atau suplemen. Pendidikan Nonformal adalah bagian integral bagi pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan yang terbatas akan sumber daya.
“Evaluasi yang mendalam terhadap pendidikan nonformal menjadi krusial untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan dalam mengembangkan kebijakan strategis dan pengembangan kebutuhan masyarakat setempat,” jelasnya.
Rahmayetty, mengambil judul penelitian ‘Potensi Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tepung Aren sebagai Medium Sintesis Biormaterial yang Ramah Lingkungan’.
Baca Juga: Jambore Kepemiluan Provinsi Banten Sukses Digelar, dan Ditutup Upacara Api unggun
“Potensi pemanfaatan limbah air sebagai biomatetrial sangat menjanjikan mengurangi bahan bakar fosil dan plastik. “Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kita semua,” ujarnya.
Anton, mengambil judul penelitian ‘Torefaksi Bahan Bakar Padat: Strategi Optimalisasi Potensi Energi Terbarukan di Indonesia’. Bagaimana biomassa yang tersebar ini dilakukan torefaksi kemudian disebut yang namanya lumbung, karena kondisi saat ini pemerintah banyak mengekspor biomassa berkualitas.
“Saya kira harus ditahan karena yang kita ekspor bukan hanya biomassanya saja tetapi unsur hara yang ada dalam biomassa sehingga nanti kualitas tanah di Indonesia semakin menurun. Itu yang harus kita pertimbangkan,” tuturnya.
Baca Juga: Anaknya Diduga Tak Diberi Makan 3 Hari di Arab Saudi, Ibu di Lebak Ngadu ke Disnaker
Teguh mengambil judul penelitian ‘Pemanfaatan Zeolit Sangat Penting sebagai Katalis untuk Menopang Teknologi Proses Bahan Kimia Hijau dan Adsorben dalam Pengendalian Pencemaran Limbah Cair’.
Menurutnya, rekayasa zeolit sintetik baik dari bahan alami maupun dari pemanfaatan limbah industri yang lebih ramah lingkungan untuk berbagai rekayasa proses industri perlu terus dikembangkan.
Fauzi mengambil judul penelitian ‘Komitmen Top Manajemen dalam Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia Ramah Lingkungan (Strategi Menuju Keunggulan Bersaing)’ yang melihat bahwa sebuah oralganisasi harus dinamis dengan adanya perkembangan pada saat ini.
Baca Juga: Relawan Rumah Zakat Cilegon Mengadakan Aksi Volunteer Goes to School
“Organisasi harus memiliki kelenturan dalam proses adaptabilitas dengan isu-isu lingkungan penerapan ‘green resources management’ berdampak pada keunggulan bersaing yang berkelanjutan karena di sana ada inovasi berbasis kelestarian lingkungan. Kunci suksesnya adalah adanya komitmen pimpinan yang diproyeksikan dalam visi dan misi tentang lingkungan,” tandasnya.
Ahmadi, disatu sisi mengambil judul penelitian ‘Kebijakan Dividen untuk Penguatan Nilai Perusahaan pada Perusahaan-Perusahaan di Indeks Sri-Kehati Bursa Efek Indonesia’. Menurutnya, profitabilitas yang tinggi mendorong para investor untuk berinvestasi lebih banyak diperusahaan Indek Sri-Kehati.
“Kebijakan dividen berperan sebagai moderator murni. Memainkan peran sebagai variabel moderator tetapi tidak sebagai variabel independen,” imbuhnya.
Baca Juga: Tragis, Nenek Berusia 101 Tahun di Jakarta Utara Ditemukan Meninggal, Diduga Bunuh Diri
Sementara itu, Prof. Fatah menyambut haru dan bangga atas pengukuhan guru besar ini karena akan berdampak pada kemajuan Untirta dan tentunya Indonesia pada umumnya.
“Hari ini momentum yang penuh kebanggaan, kebahagiaan, rasa haru dan penuh inspirasi. Dari enam orang tadi saya kira ini sangat dibutuhkan untuk berkontribusi bagi kemajuan Indonesia di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Mas Gibran dan Kabinet Merah Putih-nya,” ungkapnya. ***