BANTENRAYA.COM – Bibit sebagai salah platform investasi digital sukses memperkuat posisi di Indonesia, dengan melakukan strategi pemasaran edukatif.
Head of PR and Corporate Communication Bibit William menyampaikan, momentum meningkatnya minat masyarakat terhadap investasi digital membuat pihaknya memilih strategi yang tidak mengandalkan promosi secara agresif, melainkan menekankan pemahaman yang benar tentang pasar modal.
“Sejak awal, Bibit membangun komunikasi publik dengan bahasa yang sederhana dan mudah diikuti. Pendekatan ini berbeda dengan gaya pemasaran finansial yang seringkali terlalu teknis dan sulit dipahami masyarakat umum,” kata Wilian dikutip Bantenraya.com, Senin 17 November 2025.
BACA JUGA: Gubernur Banten Andra Soni Dipastikan Hadir dalam Uji Publik Keterbukaan Informasi Publik di Jakarta
Ia melanjutkan, joka Bibit mengubah materi edukasi ke format yang lebih ringan seperti video pendek, infografik, dan penjelasan praktis tentang risiko.
“Tujuan utamanya adalah membuat investasi terasa lebih dekat dan tidak menakutkan bagi investor pemula,” imbuhnya.
Selain edukasi, Bibit melakukan menempatkan transparansi sebagai bagian penting dari strategi pemasaran mereka.
BACA JUGA: BPBD Kota Cilegon Petakan Empat Kecamatan Rawan Bencana Kegagalan Teknologi
Aplikasi ini menyediakan simulasi investasi, rincian biaya, hingga penjelasan risiko yang disajikan sejak awal.
“Transparansi tersebut menjadi cara perusahaan membangun kepercayaan pengguna di pasar yang masih sering diwarnai kasus penipuan,” jelas William.
Penguatan identitas brand juga dilakukan melalui pemanfaatan pencapaian dan rekam jejak perusahaan.
Tanpa menjadikannya sebagai materi promosi yang berlebihan, mereka memanfaatkan penghargaan dan pengakuan industri sebagai bukti kualitas layanan.
“Kamk menilai bahwa pengguna lebih percaya pada platform dengan rekam jejak yang jelas dan diakui lembaga resmi,” kata William.
Strategi lain yang digunakan adalah pengembangan ekosistem produk secara bertahap. Bibit memulai perjalanan sebagai aplikasi investasi reksa dana, kemudian memperluas akses ke SBN ritel, obligasi pemerintah, sukuk, instrumen fixed rate, dan saham.***


















