BANTENRAYA.COM – Sebanyak rata-rata 5 ribu orang berangkat umrah melalui biro perjalanan umrah dan haji.
Namun, dengan adanya umrah mandiri diprediksi 10 persen akan tersedot dan ikut program perjalanan mandiri tersebut.
Rata-rata ongkos perjalanan umrah tersebut yakni senilai Rp30 sampai Rp35 juta per orang.
Salah satu pengelola travel umrah yang enggan disebutkan namanya menjelaskan, potensi untuj bergeser pasti ada, meski secara angka tidak akan signifikan.
“Pasti akan berdampak. Karena bisa jadi akan ada selisih,” jelasnya, Rabu 29 Oktober 2025.
Namun, paparnya, umrah mandiri tidak akan semudah yang dibayangkan. Sebab, s4emuanya akan diurus secara mandiri segara kepeluan baik adminitrasi izin, penginapan hingga transportasi di Arab Saudi.
BACA JUGA : Ada Umrah Mandiri, Orang-orang Diyakini Tetap Kesulitan Berangkat Sendiri
“Semuanya akan diusur sendiri. Nah itu pasti akan butuh waktu dan ongkos lagi,” ujarnya.
Sebelumnya, menurut Pengelola Biro Perjalanan Umrah dan Haji Inayah Haromain yakni Rahmatullah, tidak akan berpengaruh signifikan terhadap bisnis. Jika pun ada penurunan hanya tidak akan lebih dari 10 persen.
Artinya, jika dikalkulasi perjalan umrah dihargai rata-rata Rp30 juta hingga Rp35 juta per orang, maka potensi kehilangan omset mencapai Rp6 miliar hingga Rp7 miliar per tahun. Sebab, dalam satu tahun keberangkatan di Inayah Haromain mencapai 2.000 orang.
“Ya menurut saya, ya paling ya dampaknya hanya sekian, ya nggak kurang dari 10 persen lah paling lah. Karena memang kalau umroh mandiri itu lebih kepada orang-orang yang memang sudah pernah berangkat ke sana. Kita kalau per tahun atau musim di angka 2000 lebih sih, Per musim itu hitungan dari Muharram sampai di Syawal. Jadi 1447 ini sekarang baru mulai, sedang berjalan,” katanya.
Rahmatullah menyampaikan, beberapa kesulitan dalam umrah mandiri pasti akan terjadi. Sebab, semuanya pengelolaan dan aktivitas dilakukan sendiri. Baik itu, pengurusan tiket, kendaraan saat di Arab Saudi, hingga penginapan atau hotel di sana.
BACA JUGA : Efek Umrah Mandiri, Imigran dan TKI Gelap Asal Indonesia di Saudi Berpotensi Meningkat
“Meski pun bisa pasti akan repot lah. Kita sih ngelihatnya gampang, murah, sebagainya, cuma kita tahu sendiri, kita pesan tiket sendiri, sampai sana kita siapa yang nge-handle, nyari taksi sendiri, nggak ngerti bahasanya, gitu kan. Meskipun mau naik kereta, kemudian kemana arahnya, siapa yang ngarahin, kan begitu. Jadi nggak cukup sekali dua kali datang ke sana, kemudian bisa melakukan semuanya secara mandiri, nggak bakal bisa,” ucapnya. (***)














