BANTENRAYA.COM – Pengusaha maggot di Kota Serang, melakukan inovasi dengan mengubah sampah dari progam Makan Bergizi Gratis (MBG), menjadi pupuk tanaman organik dalam kurun waktu singkat (fast track).
Direktur Saung Maggot Pade Agus Koswara mengatakan, saat ini pihaknya mampu mereduksi sebanyak 300 kilogram sampah MBG yang dipilah menjadi organik secara langsung, untuk diubah menjadi pupuk.
“Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah sampah MBG adalah selama dua sampai tiga jam, agar bisa menjadi pupuk organik, selain dengan melakukan budidaya maggot,” kata Agus kepada Bantenraya.com, di Jalan Warung Jaud RT 22 Kota Serang, Rabu 27 Oktober 2025.
Untuk tahapan membuat pupuk organik secara fast track, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mencacah sampah tersebut sampai menjadi bubur, yang selanjutnya dilakukan proses perebusan untuk media hidup maggot.
BACA JUGA : Budidaya Maggot, Dua Warga Kota Serang Kantongi Belasan Juta Rupiah Per Bulan
“Ini membutuhkan waktu 20-30 menit, untuk selanjutnya dilakukan tahapan pengeringan, dan pada bagian akhir dilakukan pengayakan atau penyaringan dengan tiga filter, kemudian dikemas,” imbuhnya.
Dalam agenda tersebut, pihaknya juga menggandeng Universitas Sultan Ageng Tirtayasa untuk melakukan pengembangan pupuk organik dari maggot agar mendapatkan sertifikasi dari kementerian terkait.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Pemuda Literasi Global (PPLG) Masrul Alawi menyampaikan, saat ini baru ada tiga lokasi dapur MBG yang secara rutin melakukan kerjasama pengelolaan sampah.
“Yang pertama ada di Muhamadiyah, Al Izah, dan di Lopang yang baru dijajaki, hal ini memungkinkan untuk dilakukan dengan skala yang lebih besar lagi,” tutur Masrul.
Dengan bekal perlengkapan yang disupport oleh Bank Indonesia (BI), langkah ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengelola sampah agar lebih bermanfaat.
BACA JUGA : Banten Berpotensi Jadi Industri Maggot, Solusi Atasi Masalah Sampah Organik
“Artinya, sampah yang menang awalnya dibuang ke TPA dan akan menimbulkan masalah bau seperti pencemaran udara dan bau tidak sedap kini bisa direduksi dengan skema baru ini,” cakapnya.
Saat ini, pihaknya juga terus melakukan pengembangan agar proses reduksi sampah MBG menjadi pupuk organik dapat dilakukan dengan teknologi yang lebih cepat, dengan proses yang dilakukan selama 1 jam.
“Kita terus upayakan ini. Oleh sebab itu, untuk harga sendiri belum dapat kita tentukan, namun kalau kita lihat dari maggot yang sudah berjalan itu Rp10 ribu untuk 3 kilogram,” katanya.
Pihaknya juga menilai, jika potensi ini dapat dikembangkan secara masif, bukan tidak mungkin akan menciptakan peluang ekonomi yang baru bagi masyarakat.
“Tentu ini perlu kolaborasi dan sinergi dari banyak pihak, karena dalam proses juga butuh tenaga, biaya operasional dan lain sebagainya sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif,” kata Masrul.(***)














