Dengan rencana reaktivasi dan elektrifikasi ini, Andra juga berharap agar jalur kereta di Banten dapat menjadi penggerak baru bagi mobilitas masyarakat dan perekonomian wilayah selatan, terutama Pandeglang dan sekitarnya.
Pemprov Banten menargetkan sinergi antara pemerintah pusat, PT KAI, dan PLN akan mempercepat realisasi pembangunan jalur tersebut.
“Kita ingin Banten punya sistem transportasi yang efisien, modern, dan bisa menyejahterakan masyarakat,” tandas Andra.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Banten, Tri Nurtopo, mengatakan pihaknya akan menyiapkan kajian elektrifikasi jalur Rangkasbitung–Merak sebagai tindak lanjut dari program pembangunan double track yang tercantum dalam RPJMN.
“Di RPJMN disebutkan pembangunan double track, tapi tidak termasuk elektrifikasinya. Makanya kami diminta menyiapkan kajian sebagai dasar bagi pemerintah pusat,” jelas Tri.
Tri menambahkan, hasil kerja sama antara PT KAI dan PT PLN juga akan berdampak langsung pada layanan transportasi di Banten.
Dalam waktu dekat, frekuensi perjalanan kereta dari Rangkasbitung–Tanah Abang akan meningkat dari setiap 10 menit menjadi sekitar 4–5 menit sekali.
“Pengerjaan infrastruktur persinyalan dilakukan pada tahun 2026 untuk mempercepat waktu tempuh dan meningkatkan jumlah perjalanan,” ujarnya.
Sementara, dalam pertemuan penandatanganan nota kesepahaman tentang rencana kerja sama elektrifikasi jalur kereta api, beberapa waktu yang lalu.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menyatakan bahwa elektrifikasi dan reaktivasi jalur kereta merupakan bagian dari transformasi transportasi nasional menuju moda yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
“Kereta api adalah transportasi publik yang terus berkembang, semakin diminati masyarakat, murah, dan masif,” ujar Dudy.
Ia menjelaskan, elektrifikasi akan dimulai di tiga titik prioritas: Padalarang–Cicalengka, Cikarang–Cikampek, dan Tanah Abang–Rangkasbitung.