BANTENRAYA.COM – Warga Desa Cemplang, Kecamatan Ciomas mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih karena dampak dari musim kemarau.
Akibat adanya krisi air bersih ini, sebagian besar warga harus mengambil air-air dari sumber-sumber di sekitar sungai yang saat ini sudah mulai surut.
Warga kampung Sukajadi Sumardi mengatakan, seluruh kampung yang ada di desanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
“Ada 15 kampung terdampak krisis air bersih karena kita di sini hanya mengandalkan sumber yang ada di sungai-sungai. Tapi sekarang sumbernya juga sudah semakin surut,” ujarnya, Senin (23/9).
Ia menjelaskan, untuk mendapatkan air bersih warga juga harus mengantre di beberapa sumber air yang masih ada airnya dan kemudian di angkut ke rumahnya masing-masing.
Baca Juga: BJB Borong 22 Cator Untuk Atasi Sampah di Kabupaten Serang
“Pada antre dan saling berebut, itu pun kita ngambilnya harus bawa jerigen jadi bolak-balik dari rumah ke tempat air. Sudah dua bulan terakhir kita kesulitan mendapatkan air bersih,” ungkapnya.
Sumardi mengungkapkan, air di masjid-masjid warga juga kosong dan sebagian besar warga tidak mampu mengebor karena biaya pembuatan sumur sangat mahal.
“Setiap tahun sudah pasti mengalami krisis air bersih. Hampir semua warga di sini tidak punya sumur bor karena ke dalammnya harus 100 meter. Biayanya juga sekitar Rp120 juta,” paparnya.
Terpisah, Sekmat Ciomas Imas Masruroh mengatakan, selain desa Cemplang terdapat beberapa desa lainnya yang mengalami krisis air bersih.
“Paling parang itu Desa Cemplang, Desa Sukarena, dan Desa Panyaungan Jaya. Untuk desa Citaman dan desa Lebak ada beberapa kampung yang krisis air bersih,” ujarnya.
Baca Juga: Tiga Paslon Resmi Dapatkan Penetapan Nomor Pilkada
Ia menjelaskan, untuk menangani krisis air bersih tersebut pihaknya mengajukan bantuan kepada Pemkab Serang untuk membangun tempat penampung air.
“Setiap tahun kita selalu ajukan untuk pembuatan penampung air. Alhamdulillah ada beberapa kampung yang sudah terbantu,” ungkapnya. (***)















