BANTENRAYA.COM – Dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya tanggap bencana, Pemprov Banten mendorong modul terkait mitigasi bencana jadi muatan lokasl di sekolah.
Mitigasi bencana dinilai penting diajarkan sedak dini karena Banten masuk ke dalam salah satu daerah yang rawan akan bencana.
Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Banten Virgojanti mengatakan, modul pembelajaran tentang mitigasi bencana perlu ditingkatkan, khususnya bagi anak sekolah.
Baca Juga: Pj Gubernur Banten Bagi-bagi Bantuan Nyaris Rp1 Miliar ke Ratusan Warga Kota Cilegon
“Untuk dapat merealisasikan itu perlu adanya keterlibatan pihak terkait ykni Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten untuk melakukan sosialisasi kebencanaan,” ujarnya.
“Karena kolaborasi ini perlu dilakukan sejak dini agar maayarakat generasi muda bisa melakukan mitigasi bencana,” kata Virgo, Rabu 6 Desember 2023.
Ia mengungkapkan, saat ini pihaknya telah melakukan rapat koordinasi untuk bisa dilakukan sosialisasi kepada siswa di sekolah.
Baca Juga: UPDATE Perahu Tersambar Petir di Pandeglang, 3 Pemancing di Pulau Popole Selamat
“Tinggal dimasifkan saja dan perlu untuk kita lakukan monitoring juga. Saya kira untuk jadi muatan lokal di sekolah bukan hal yang terlalu susah ya,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, edukasi terkait mitigasi bencana perlu diketahui oleh masyarakat.
Sehingga, kata dia, apabila terjadi suatu bencana, masyarakat sudah paham dan mengerti apa yang harus dilakukan.
Baca Juga: Arus Mudik Nataru Makin Dekat, BPTD Sediakan 63 Kapal di 7 Dermaga di Pelabuhan Merak
“Apalagi saat ini kan kita sudah masuk ke musim penghujan. Jadi mereka bisa mengenali rambu-rambu mitigasi bencana,” katanya.
“Misal, ada gempa, longsor, banjir, mereka tahu apa yang harus dilakukan dibandingkan panik,” ujarnya.
Lebih lanjut Virgojanti menerangkan, terdapat empat tahapan yang perlu dilakukan dalam penanggulangan bencana. Salah satunya, adalah tahap pencegahan dan mitigasi.
Baca Juga: Tanpa Malam Pertama, 2 Warga Binaan Jalani Akad Nikah di Dalam Rutan Pandeglang
“Berdasarkan peraturan Undang-undang Nor 24 tahun 2007, ada empat tahapan penanggulangan bencana,” ungkapnya.
“Tahap pencegahan dan mitigasi adalah satu dari keempat tahapan itu, di mana pada tahap ini, diberikan informasi secara masif kepada masyarakat agar dapat melakukan evakuasi diri bila mana terjadi bencana dan bantuan belum datang,” terangnya.
“Jadi, dengan harapan, ketika terjadi bencana, masyarakat sudah memiliki satu kesiapan dalam menghadapinya, dan tidak bingung lagi evakuasinya ke mana, karena mereka sudah mengetahui,” pungkasnya.
Baca Juga: Resident Evil 4 Remake VR: Sensasi Horor yang Lebih Menegangkan
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Banten Nana Suryana menambahkan, menurutnya hampir seluruh daerah di Banten memiliki potensi bencana.
Terlebih, kata dia, Kabupaten Lebak dan Pandeglang yang menjadi daerah paling rawan karena daerah tersebut masuk ke dalam ring of fire atau cincin api Pasifik.
“Kalau banjir hampir di semua kabupaten/kota ada potensi, kalau tanah longsor tentu ada di beberapa kabupaten/kota, terutama di Lebak Pandeglang. Tapi, Kabupaten Serang, Cilegon juga ada potensi-potensi longsor itu,” katanya.
Baca Juga: Detik-detik Warga Sabang Bongkar Tenda dan Usir Pengungsi Rohingnya dari Desanya
Nana mengatakan, pihaknya akan melakukan pemetaan terhadap daerah-daerah yang berpotensi bencana di musim penghujan.
Hal tersebut agar dapat dilakukan pencegahan dan penanganan dini apabila terjadi bencana nantinya.
“Kita akan petakan kembali berdasarkan bencana-bencana (yang terjadi) sebelumnya terhadap potensi saat ini,” tuturnya.
“Sehingga, nantinya kita sudah dapat mengidentifikasi lokasi mana yang akan menjadi prioritas dalam penangananyya,” jelasnya. (mg-rafi) ***