BANTENRAYA.COM – Setelah Virus Covid 19 usai dan telah menjadi endemi, kini muncul Virus Marburg dan tingkat kematian mencapai 88 persen.
Virus Marburg disebut muncul di Guinea Ekuatorial pada Senin 13 Februari 2023.
Bahkan, berdasarkan laporan WHO, terdapat 9 kematian dan 16 kasus suspek Virus Marburg.
Dikutip dari laman resmi sehatnegeriku.kemkes.go.id, gejala Virus Marburg berupa demam, kelelahan (fatigue), muntah berdarah, dan diare.
Baca Juga: Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Kapten Timnas Indonesia Tulis Pesan Menyentuh
Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Mohammad Syahril mengatakan munculnya Virus Marburg di Guinea Ekuatorial, Indonesia harus waspada.
“Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg,” katanya dikutip Bantenraya.co.id, Kamis 29 Maret 2023.
Syahril menyebut pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran tentang kewaspadaan terhadap Virus Marburg.
“Virus Marburg menjadi salah satu virus paling mematikan dengan fatalitas mencapai 88 persen,” terangnya.
Baca Juga: Cek Tarif Bus PO Rosalia Indah dari Jabodetabek Tujan Wonogiri
Syahril mengungkapkan Virus Marburg sejenis dengan penyakit demam berdarah, yang jarang terjadi.
“Virus ini satu family dengan virus ebola,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Syahril menegaskan penularan Virus Marburg melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan yang terinfeksi.
“Atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus Marburg,” tegasnya.
Baca Juga: Jama’ah Muslimin Kutuk Serangan Brutal KKB Saat Tarawih
Syahril menjelaskan Virus Marburg menular lewat cairan tubuh langsung dari kelelawar.
“Kelelawar host alami virus Marburg yaitu Rousettus aegyptiacus bukan merupakan spesies asli Indonesia dan belum ditemukan di Indonesia, namun Indonesia masuk jalur mobilisasi kelelawar ini,” jelasnya.
Yang mengerikan, Syahril menyebut, penyakit Virus Marburg susah diidentifikasi.
“Gejalanya mirip dengan penyakit lain seperti malaria, tifus, dan demam berdarah yang banyak ditemukan di Indonesia,” ungkapnya.
Baca Juga: Hukum Keramas Saat Ramadhan, Benarkah Bisa Bikin Batal Puasa? Begini Penjelasan Ustadzah Isna
Selain itu, Syahril menegaskan bagi manusia yang terpapar Virus Marburg, hingga kini belum ada obatnya.
“Belum ada obat khusus, pengobatan bersifat simtomatik dan suportif, yaitu mengobati komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit,” ucapnya. ***