BANTENRAYA.COM – Banjir yang kembali melanda Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten mengambil langkah penanganan struktural melalui rencana normalisasi Sungai Cidanau.
Sepanjang tahun 2025, wilayah Pandarincang tercatat telah mengalami banjir hingga empat kali, dengan dampak yang terus berulang pada permukiman dan lahan pertanian warga.
Rencana normalisasi Sungai Cidanau banjir sebagaimana terkuak dalam pembahasan pada rapat koordinasi yang melibatkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten, Pemerintah Kabupaten Serang, Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWSC3), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat Wilayah Satu Serang, serta perwakilan warga Padarincang di Pendopo Gubernur Banten, KP3B, Curug, Kota Serang, Selasa, (23/12/2025).
Gubernur Banten Andra Soni mengatakan, Pemprov Banten telah menyurati Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk meminta dukungan anggaran agar BBWSC3 dapat terlibat langsung dalam upaya normalisasi Sungai Cidanau untk cegah banjir.
Menurutnya, persoalan banjir di Padarincang tidak bisa ditangani secara parsial dan memerlukan dukungan pemerintah pusat.
“Kita sudah memutuskan untuk meminta kepada BBWSC3 maupun BKSDA untuk berkoordinasi dan melakukan upaya penanganan yang berdampak langsung pada masyarakat. Salah satunya, tahun depan tidak boleh lagi daerah situ kebanjiran,” kata Andra saat ditemui usai rapat koordinasi.
BACA JUGA : Zakiyah Janjikan Normalisasi Sungai Rawa Danau yang Jadi Pemicu Banjir Cinangka
Ia menjelaskan, penanganan banjir akan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari wilayah hulu, tengah, hingga hilir Sungai Cidanau.
Berdasarkan hasil evaluasi sementara, sedimentasi di badan sungai menjadi salah satu faktor utama yang memperparah luapan air saat curah hujan tinggi.
Selain sedimentasi, Andra juga menyoroti temuan BKSDA terkait keberadaan lahan persawahan seluas sekitar 1.350 hektare di kawasan Cagar Alam Rawa Danau. Menurutnya, alih fungsi lahan tersebut berpotensi mengurangi daya serap air dan memengaruhi keseimbangan ekosistem.
“Di satu sisi ini bagus untuk ketahanan pangan, tapi di sisi lain apakah ini mempengaruhi alam, seperti banjir dan sebagainya, itu tidak bisa dijawab sepihak. Harus dilakukan kajian bersama,” ujarnya.
Sebagai langkah awal, Pemprov Banten akan mulai melakukan normalisasi terbatas dengan pengerukan di sejumlah titik Sungai Cidanau menggunakan alat berat.
Untuk segmen sungai yang berada di kawasan cagar alam, koordinasi teknis telah dilakukan bersama BKSDA dan BBWSC3 agar pekerjaan tidak melanggar ketentuan konservasi.
BACA JUGA : BPBD Lebak Catat 41 Bencana Tanah Bergerak Terjadi Sepanjang 2025, 60 Rumah Warga Rusak
“Hari ini alat sudah dikirim. Sebenarnya yang dibutuhkan masyarakat itu ekskavator amfibi, dan lokasinya juga sudah disesuaikan dengan petunjuk warga,” jelas Andra.
Untuk solusi permanen, Andra mengungkapkan perlunya penguatan infrastruktur sungai-sungai di wilayah C3 (Cidanau-Ciujung-Cidurian) seperti yang telah dilakukan di Sungai Ciujung.
“Kami mengusulkan anggaran sekitar Rp900 miliar untuk penanganan beberapa sungai secara menyeluruh. Angka ini tidak besar jika dibandingkan dengan risiko kerugian material dan keselamatan warga akibat banjir besar di masa depan,” tandasnya.
Sementara itu, perwakilan warga Padarincang, Karmana, menyampaikan bahwa hingga kini banjir masih merendam Kampung Sukamaju. Ia menilai Sungai Cidanau selama ini belum pernah tersentuh normalisasi secara serius, sehingga banjir terus berulang setiap tahun.
“Cidanau ini dari dulu tidak pernah terjamah normalisasi. Makanya tadi kami sampaikan, kalau BBWSC3 tidak mampu, coret saja satu huruf C-nya jadi BBWSC2,” ujar Karmana.
Karmana yang merupakan mantan Kapolsek Padarincang menuturkan, bahwa hasil rapat koordinasi, Gubernur Banten bersama pihak terkait berjanji akan segera menurunkan alat berat untuk memulai proses normalisasi.
BACA JUGA : Penanganan Banjir di Kota dan Kabupaten Serang Butuh Koordinasi Lintas Lembaga
Ia menegaskan agar janji tersebut segera direalisasikan tanpa penundaan. Mereka meminta ekskavator amfibi diturunkan ke lokasi hari ini juga.
“Alhamdulillah hari ini sudah ada kesepakatan. Rakyat berkehendak ekskavator amfibi segera diturunkan hari ini. Kalau tidak, mungkin besok kami akan datang berduyun-duyun lagi,” ungkapnya. (***)
















