BANTENRAYA.COM – Sebuah bangunan sederhana dengan dinding bilik dan lantai kayu di Kampung Reforma Agraria, Desa Mekarsari, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten, selama ini selalau ramai dan menjadi tempat pavorit anak-anak usia sekolah di wilayah ini. Saat ini bangunan atau majelis ini sudah reot dimakan usia.
Puluhan anak-anak warga kampUng ini datang setiap hari ke majelis, bukan untuk bermain game atau sekadar main petak umpet, melainkan untuk belajar ilmu agama di bangunan yang dikenal oleh warga sekitar sebagai majelis pendidikan agama Islam. Majelis ini paling dekat dan paling mudah dijangkau warga Kampung Reforma Agraria yang secara geografis terpencil.
Baca Juga: Bentuk Pendidikan Karakter, Untirta Bentuk GNRM
Majelis ini didirikan belasan tahun silam oleh seorang pria bernama Ustad Wardi (34). Majelis ini tempat mendidik para putra dan putri di Kampung Reforma Agraria yang dikenal sebagai kawasan kumuh dan jauh dari kota ditambah infra struktur jalan menuju daerah ini sangat buruk.
Ustad Wardi mengelola majlis ilmu agama ini atas panggilan jiwa dan keprihatinan terhadap mininya pengetahuan agama anak-anak. “Ada kurang lebih 40 anak-anak yang menimba ilmu agama di di majelis yang saya dirikan ini,” kata Ustad Wardi, belum lama ini.
Menurut Wardi, siswa mengaji secara bergantian di bawah pengawasannya dibantu istrinya. “Di tempat ini kami juga mengajarkan para ibu-ibu mengaji dan ilmu fikih serta ilmu agama lainnya, cara memandikan mayat, dan aturan sehari-hari yang berkaitan dengan tuntunan syariat agama Islam,” kata Wardi.
Kesederhanaan dan kegigihan Ustad Wardi memberikan pendidikan agama Islam dengan fasilas serba terbatas dibenarkan oleh seorang penggiat sosial asal Labuan yakni Basit Joma atau dikenal dengan Ki Sunda Labuan. “Setahu saya ustad Wardi sebagai imam di masjid dimana mereka tinggal dengan istri dan dua anak yang masih bocah,” jelasnya, Rabu 8 September 2021.
Baca Juga: Ingat, 8 September Hari Aksara Internasional, Kemenristekdikti Gelar Webinar Literasi Digital
Keberadaan majelis yang sederhana telah mengundang Ki Sunda untuk berbuat sesuatu dengan mengetuk empati dari pengguna facebook Sahabat Kisunda. “Kami lihat majelis itu menjadi pusat pendidian agama namun fasilitasnya tidak memadai. Harus kita bantu baik itu penambahan jumlah Al- Qur’an, white board, karpet untuk sholat. Saya lihat bangunan majelis juga tidak layak dimana dinding dan atap majelis jika turun hujan selalu bocor mengganggu anak-anak mengaji,” kata Ki Sunda. ***