BANTENRAYA.COM- Gubernur Banten Andra Soni menanggapi perihal pengiriman anak nakal ke asrama militer. Menurutnya, penerapan kebijakan tersebut perlu adanya kolaborasi lintas sektor.
Menurutnya, upaya penyelesaian tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi membutuhkan ruang diskusi yang solutif dan melibatkan banyak pihak.
“Kuncinya harus sering berdiskusi, berdialog, dan kemudian menemukan solusi bersama. Jadi tidak selalu solusi itu bersifat parsial, harus juga solusi bersama,” kata Andra.
Andra menyoroti bahwa, fenomena seperti tawuran pelajar kerap berakar dari budaya premanisme yang masih tumbuh di tengah masyarakat. Jika dibiarkan, lanjutnya, kondisi ini bisa membentuk karakter negatif pada generasi muda dan menjadi ancaman serius bagi masa depan mereka.
“Kekerasan terhadap anak ini kan juga muncul dari lingkungan anak-anak itu sendiri, termasuk dari proses premanisme. Kalau tidak dilakukan upaya-upaya pencegahan, maka itu akan menular kepada anak-anak sekolah lainnya,” jelasnya.
Untuk mencegah meluasnya pengaruh buruk tersebut, Andra menegaskan perlunya keterlibatan tokoh agama, masyarakat, dan dunia pendidikan dalam memperkuat nilai-nilai moral dan budi pekerti pada anak sejak usia dini.
Menurutnya, langkah pencegahan yang bersifat struktural perlu dibarengi dengan pendekatan kultural. Diskusi dan koordinasi juga telah dilakukan bersama unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Banten, organisasi masyarakat, hingga pelaku usaha.
“Harus ada kesepahaman kolektif. Kita tidak bisa melihat premanisme ini sebagai masalah kecil, karena dampaknya bisa sistemik kalau dibiarkan,” katanya.
Menanggapi berbagai ide penanganan, termasuk usulan untuk menempatkan pelaku dalam asrama militer, Andra menyebut hal itu masih dalam tahap pembahasan.
“Itu bukan rencana, tapi sedang didiskusikan. Kita harus melihat apakah itu bisa berkelanjutan atau tidak,” ujarnya.
Lebih lanjut, Andra menekankan bahwa, upaya penanganan tidak boleh berhenti pada reaksi jangka pendek, melainkan harus menjadi bagian dari pembangunan sosial yang berkelanjutan.
Baca Juga: 4 Cacat yang Tidak Boleh Ada Pada Hewan Kurban di Idul Adha 2025, Cek Apa Saja?
“Kita fokus bagaimana menyelesaikan permasalahan hari ini dan ke depan secara berkelanjutan,” pungkasnya. (***)