BANTENRAYA.COM – Pembongkaran bangunan kios di kawasan Stadion Maulana Yusuf (MY), Ciceri, Kota Serang, menuai kekecewaan sejumlah warga pedagang.
Sejumlah pedagang Stadion Maulana Yusuf kecewa lantaran pembongkaran kios tanpa ada kompensasi.
Selain itu, sejumlah pedagang di Stadion Maulana Yusuf juga merasa bingung harus jualan di mana, karena lapak dagangnya dibongkar.
Salah seorang pedagang Stadion Maulana Yusuf yang kecewa adalah Yani.
Menurut Yani, pembongkaran kios tempat jualannya justru menambah beban hidup. Para pedagang merasa dipindah-pindah tanpa kepastian dan kejelasan nasib.
“Saya bingung harus bagaimana. Anak saya masih kuliah semester tiga, baru saja ditinggal suami. Sekarang lapak dibongkar tanpa kompensasi. Padahal ini belum lima tahun sudah dibongkar lagi,” keluh Yani, kepada Bantenraya.com.
Baca Juga: Sedang Berhitung, Pemkab Serang Siap Insentif untuk Para Guru Madrasah
Ia menuturkan, dulu para pedagang dipindahkan dari depan stadion ke dalam atas arahan Disparpora Kota Serang, dengan janji bahwa lokasi baru tidak akan dibongkar lagi.
“Kami bayar sampai Rp 12 juta untuk kontrak lima tahun. Tapi baru dua tahun sudah dibongkar,” ungkapnya.
“Dulu Dispora yang minta kami pindah, sekarang Dispora juga yang hancurkan kami. Kami ini bukan cari ribut, cuma mau dagang tenang,” ucap dia dengan nada kecewa.
Baca Juga: 4 Koperasi Desa Merah Putih di Banten Siap Jadi Contoh Nasional, Cek Daerah yang Disasar Berikut Ini
Tak hanya soal pembongkaran, Yani juga mengaku tak tahu harus berjualan di mana selama masa revitalisasi.
“Kita disuruh libur dua bulan. Tapi selama itu, makan dari mana? Biaya hidup, sekolah anak, semua dari hasil dagang,” katanya.
Iin pedagang lainnya pun mengaku kecewa. Ia mengaku sudah berpindah tempat berjualan hingga empat kali selama berada di kawasan stadion.
Baca Juga: Lantik 227 PPPK Tahap 1, Robinsar Tegaskan Akan Sanksi OPD Yang Bawa Pegawai Baru
“Waktu ditawari pindah ke dalam, katanya aman. Ada surat dari Dispora bahwa tidak akan ada pembongkaran. Tapi kenyataannya dibongkar juga,” ungkapnya.
“Kami sudah keluar uang banyak, ditawari take over 50 persen juga nggak jelas, sekarang harus pindah lagi,” ungkap Iin.
Ia meminta Pemkot Serang memberikan kepastian dan perlakuan yang adil bagi pedagang kecil.
Para pedagang berharap pemerintah tidak hanya fokus pada penataan fisik, tapi juga memikirkan dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut.
“Kami cuma minta kepastian. Kami ini pedagang kecil, bukan pengusaha besar. Setiap rupiah yang keluar itu sangat berarti,” katanya.
Penjabat Pelaksana (Plt) Zeka Bachdi mengatakan, sosialisasi rencana pembongkaran telah dilakukan sejak jauh-jauh hari kepada para pedagang.
Baca Juga: Hati-Hati! Ini 4 Penyakit Serius dan Menular Yang Berasal dari Hewan Yang Bisa Sebabkan Kematian
“Kita sudah sosialisasi jauh-jauh hari ke mereka. Artinya pemerintah sudah memberikan solusi,” ujar Zeka, kepada Banteraya.com.
Ia juga mengaku sudah berkomunikasi dengan Dinkopukmperindag Kota Serang, khawatir para pedagang berminat pindah ke Pasar Kepandean dan Pasar Lama, namun mayoritas para pedagang memilih untuk rest sementara sambil menunggu pembangunan selesai.
“Tapi kebanyakan dari mereka menyatakan ya udahlah kita istirahat dulu aja dari pada berdagang,” kata dia.
Baca Juga: Hati-Hati! Ini 4 Penyakit Serius dan Menular Yang Berasal dari Hewan Yang Bisa Sebabkan Kematian
Disparpora Kota Serang juga mengizinkan para pedagang berjualan di sisi gedung gelanggang remaja (GGR), jika tidak berminat berjualan di Pasar Kepandean dan Pasar Pasar Lama, namun konsepnya harus menggunakan gerobak, karena tempatnya terbatas.
“Ya silakan misalnya mereka mau dagang minuman ya pakai gerobak. Karena memang tidak bisa lagi mereka harus ada kursi segala macam. Kan di sana bentuknya take away,” tuturnya.
“Jadi kita sudah kasih beberapa pilihan ke mereka, dan sudah ada juga yang pindah ke dalam situ bentuknya pakai gerobak sudah kita fasilitasi,” katanya. ***