BANTENRAYA.COM- Tujuh kepala keluarga atau KK di Lingkungan Ciwedus Baru, Kelurahan Ciwedus, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, Banten tinggal di gubuk reot.
Bahkan gubuk reot yang ditempati tujuh KK tersebut berada di atas tanah yang merupakan milik salah satu tokoh masyarakat sekitar dan digunakan dengan sistem sewa tanah harga murah.
Tujuh KK yang tinggal di gubuk reot tersebut mendapatkan perhatian Wakil Walikota Cilegon Sanuji Pentamarta.
Baca Juga: Update! Kode Redeem Free Fire Terbaru 28 September 2021
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mendatangi tujuh rumah warga tersebut yang lokasinya berdekatan di Lingkungan Ciwedus baru.
Sanuji Pentamarta mengaku, mendapatkan informasi dari WhatsApp (WA) grup terkait adanya tujuh rumah warga yang dinilai tidak layak huni.
Bahkan, tujuh rumah tersebut juga tidak memiliki jamban.
“Saya dapat info dari WA grup, ada tujuh rumah warga yang lokasinya berjejeran tetapi semuanya tidak layak huni. Lantainya tanah, dindingnya triplek dan atapnya asbes,” ujarnya.
“Listrik nyolok tempat tetangga, luas tanah yang digunakan sekitar 60 sampai 70 meter persegi. Semuanya warga ber-KTP Cilegon,” imbuh Sanuji, Senin 27 September 2021.
Sanuji mengaku, meski tujuh rumah di Lingkungan Ciwedus Baru tergolong rumah tidak layak huni atau rutilahu, Pemkot Cilegon tidak bisa membangunkan mereka rumah. Sebab, terkendala masalah lahan.
Baca Juga: Geger Aliran Hakdzat di Pandeglang, Diduga Ajaran Sesat, Salat Sunah Mengikuti Arah Empat Mata Angin
“Kalau kita mengucurkan bantuan rutilahu, status tanahnya harus milik sendiri dibuktikan dengan sertifikat,” paparnya.
“Kalau ini, tanahnya nyewa dengan harga murah karena belas kasihan tokoh masyarakat sekitar,” katanya.
Sanuji mengapresiasi warga yang telah mau menyewakan lahan dengan harga murah. Sebab, jika harga sewa dinaikkan dengan harga pada umumnya, tujuh KK tersebut belum tentu bisa menyewanya.
Baca Juga: Atlet Sepatu Roda Banten Sumbang Perunggu, Medali Pertama di PON Papua XX
“Tujuh KK tersebut ada yang sudah lansia, ada yang usia produktif, tetapi kerjanya serabutan,” terangnya.
Sanuji menjelaskan, untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK), baru dibangun beberapa pekan lalu jamban bersama untuk keluarga kurang mampu tersebut. Lahan yang digunakan juga milik tokoh masyarakat sekitar.
“Baru dibangunkan jamban sama Pak Jajang, salah satu Anggota Polda Banten untuk jambannya dan bantuan dari warga,” katanya.
Baca Juga: Update terbaru! Klaim Segera Kode Redeem ML (Mobil Legend) 28 September 2021
Kata Sanuji, solusi untuk menempatkan tujuh KK pada tempat tinggal yang layak, Ia memohon kepada siapapun warga Kota Cilegon yang memunyai tanah lebih atau tanah tidak digunakan, bisa disumbangkan untuk tujuh KK tersebut.
“Kalau sudah ada tanah yang jadi hak milik, Pemkot Cilegon siap membantu pembangunannya,” paparnya.
“Baik melalui anggaran pemerintah maupub koordinasi sengan industri melalui program CSR (corporate social responsibility),” terangnya.
Baca Juga: Hati-Hati, Ada Dosa yang Tidak akan Diampuni Allah SWT, Ini Kata Ustad Abdul Somad
Sanuji juga menyampaikan opsi lain dalam mengatasi permasalahan warga yang tidak memunyai lahan untuk tempat tinggal, namun bisa menempati bagunan yang layak salah satunya dengan rumuh susun.
“Jangka panjang mungkin bisa difikirka, untuk membangun rumah susun dengan harga sewa murah bagi warga yang tidak memunyai lahan untuk rumah,” terangnya.
Lurah Ciwedus, Suherman mengatakan, tujuh KK yang menempati rumah tidak kayak huni tersebut, sudah sekitar 10 tahun tinggal di tempat tersebut.
Baca Juga: Ini Solusi Menghadapi Ujian Hidup Versi Aa Gym
“Tujuh KK tersebut hanya membayar sewa tanah sekitar Rp120 ribu per bulan. Rumah non-permanen, dibangun sendiri dengan material seadanya,” paparnya.
Suherman menjelaskan, meski bantuan rutilahu belum bisa diterima, namun tujuh KK tersebut telah mendapatkan bantuan sosial tunai (BST), beberapa waktu lalu.
“Karena memang KTP-nya Cilegon, kami daftarkan sebagai penerima bantuan BST,” ucapnya. ***

















