BANTENRAYA.COM – Gubernur Banten Andra Soni menegaskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya memberikan manfaat sosial bagi pelajar, tetapi juga memiliki dampak ekonomi daerah yang signifikan.
Menurut Andra Soni, program yang digerakkan melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ini telah menciptakan rantai ekonomi baru yang menyerap tenaga kerja.
Selain itu Andra Soni juga mengungkapkan jika MBG telah menggerakkan sektor-sektor produksi di tingkat lokal serta menjadi instrumen penggerak ekonomi nyata di masyarakat.
BACA JUGA: Cerita dari Peringatan HKG di Pandeglang, Memasak Bisa Jadi Kunci Keluarga Harmonis
“Dampak dari adanya program MBG ini luar biasa. Bayangkan, satu SPPG saja bisa menyerap 40-45 orang,” tuturnya.
“Ditambah perputaran uang untuk bahan baku yang dibutuhkan. Kalau dikalikan dengan jumlah SPPG yang ada sekarang, angkanya sangat luar biasa,” ujar Andra, Kamis 6 November 2025.
Ia menambahkan, kontribusi program MBG dalam pergerakan ekonomi daerah jauh melebihi pengaruh belanja langsung pemerintah daerah.
BACA JUGA: Fulbright Scholarship, Beasiswa Luar Negeri untuk Generasi Pemimpin Indonesia
“Kalau dibandingkan dengan belanja pemerintah, hanya berpengaruh sebesar 18 persen ke ekonomi lokal. Sementara program seperti MBG ini efeknya bisa jauh lebih besar,” jelasnya.
Sementara itu, hal senada juga diungkapkan oleh Asisten Daerah I Pemprov Banten, Komarudin, yang mengamini pernyataan Andra.
Menurutnya, dana yang diproyeksikan terserap dalam MBG mencapai hampir Rp12 triliun jika seluruh SPPG berjalan optimal. Angka itu bahkan melebihi nilai APBD Provinsi Banten tahun ini.
“Uang yang beredar ini besar, hampir Rp12 triliun khusus untuk MBG saja di Provinsi Banten, dan itu lebih dari APBD kita. Dampaknya langsung ke masyarakat, mulai dari petani, penyedia bahan baku, hingga tenaga kerja di SPPG,” ujar Komarudin.
Dampak tersebut, lanjut Komarudin, bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga menyentuh indikator kesejahteraan.
“Kalau ini berjalan penuh, itu akan berdampak bukan hanya pada ekonomi, tali juga pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran,” tuturnya.
Terpisah, Staf Khusus Badan Gizi Nasional (BGN) Pusat, Ari Santoso, menerangkan perputaran dana dari setiap SPPG di Banten sejauh ini cukup signifikan.
Meski tak disebutkan secara pasti berapa angkanya, akan tetapi ia mengatakan jika potensi perputaran dana bisa dihitung dari siklus pencairan anggaran di tiap unit SPPG.
“Satu SPPG, dalam satu bulan, bisa dua kali cair. Kalau sekali pencairan angkanya sekitar Rp450 juta, berarti satu bulan itu Rp900 juta. Tinggal dikali saja dengan jumlah SPPG yang ada,” kata Ari.
Dengan asumsi 500 SPPG beroperasi, perputaran dana yang masuk ke masyarakat Banten dapat mencapai hampir Rp450 miliar setiap bulan.
Meski begitu, Ari menegaskan, potensi itu bisa bertambah seiring dengan penguatan sistem dan penyebaran SPPG di seluruh kabupaten/kota.
“Dan itu bisa akan menjadi lebih besar lagi potensinya kalau target 1.200 SPPG di Banten ini sudah terbangun semua,” tandasnya. ***















