BANTENRAYA.COM – Sudah hampir dua dekade, Abdul Gani menjalani profesi sebagai petugas kebersihan Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Kota Serang.
Sejak 2006-2008, Gani bertugas sebagai petugas kebersihan di Kabupaten Serang, lalu kemudian pindah ke Kota Serang hingga saat ini.
“Dari tahun 2006 sampai 2008 di Kabupaten Serang, tahun 2009 karena baru pemekaran pemerintahan pindah ke Kota Serang sampai sekarang,” ujar Gani, kepada Bantenraya.com, Kamis 5 Desember 2024.
Ia mengaku sejak masih usia belia sudah berprofesi sebagai petugas kebersihan.
“Lulus SMP tahun 2004. Nganggur setahun. Kerja sebagai petugas kebersihan tahun 2006 ya sekitar usia 17 tahunanlah,” ucap dia.
Baca Juga: Studi Observasi, Unbaja Jelajahi Transportasi Railway Modern
Selama belasan tahun menekuni profesi petugas kebersihan banyak suka duka yang ia rasakan.
“Sukanya kita bisa membantu masyarakat Kota Serang untuk sampah. Karena sampah banyak yang menganggap sepele, tapi sebenarnya masalah besar kalau tidak ada pasukan orange bisa numpuk sampah bikin masalah besar,” katanya.
Selain menjadi tulang punggung dalam hal kebersihan Kota Serang, Gani juga kerap merasakan cibiran dari segelintir masyarakat Kota Serang yang memandang sebelah mata petugas kebersihan.
“Dukanya kadang ada sampah liar numpuk berhari-hari dianggapnya dibiarin. Dianggapnya kita nggak kerja. Padahal kita sudah angkutin semaksimal mungkin. Masyarakat juga kadang ngebuang sampah sembarangan. Terus orang menilainya nggak diangkut sama petugas,” ungkap Gani.
Meski hampir dua dekade jadi petugas kebersihan, Gani mengaku belum pernah nemu barang berharga saat bertugas. “Belum pernah,” ucap dia.
Baca Juga: Studi Lapangan ke Kabupaten Banyumas, Unsera Belajar Teknologi Pengolahan Sampah
Ia juga mengaku belum pernah mengalami sakit yang berat, meski rutinitas sehari-harinya bergelut dengan sampah, namun untuk sakit ringan seperti batuk, demam dan pilek atau BDP sering mengalami jika sedang kelelahan.
“Namanya juga manusia bisa sakit. Kalau batuk pilek mah sering. Kalau karena sampah kotor Alhamdulillah belum pernah. Paling panas dingin, batuk karena cuaca,” beber Gani.
Seandainya sakit, Gani mengaku tak khawatir karena sudah dikover dengan badan penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS kesehatan.
“Alhamdulillah ada BPJS kelas 1. Kalau Faskes satunya di Puskesmas Singandaru,” ungkap dia.
Ia mengaku mulai beroperasi membersihkan dan mengangkut sampah dari pagi hari hingga sore hari.
Baca Juga: 6.713 Peserta Ikut Seleksi PPPK Tingkat Kabupaten Tangerang, Ujian Diawasi Kamera
“Mulai kerja maksimal minimal jam setengah 6 tergantung cuaca. Jalannya macet jam 6. Paling telat setengah 7,” katanya.
Walau kondisi tengah musim hujan, Gani tetap berangkat untuk melaksanakan tugasnya membersihkan dan mengangkut sampah di Jalan Juhdi dan Jalan Tirtayasa, Pasar Royal Kota Serang.
“Ya berangkatlah karena disediain jas hujan juga. Harus berangkat walaupun cuaca panas hujan. Namanya tugas ya kewajiban, kalau gak sampah bisa numpuk,” ucap dia.
Saat bertugas ia juga mengaku kerap mendapat komplain dari masyarakat karena keluhan bau sampah.
“Banyak. Pastinya ada yang ngomong bau, kadang lewat aja, Mang bau sampah. Namanya sampah ya bau. Kita biasa aja tanggapannya. Kita sadar diri karena bekerja di sampah pasti bau, dan kotor,” tuturnya.
Baca Juga: Bahrul Ulum Sayangkan Open Biding Pemkab Serang Ditunda: Gak Kaitannya dengan Kebijakan Eksekutif
Meski kerap mendapat komplain, Gani tidak mengeluh sebagai petugas kebersihan. Ia tetap semangat dan mensyukuri profesinya itu dengan senang hati.
“Suka nggak suka. Namanya kerja ya dinikmati aja. Disyukuri. Kalau dibilang suka siapa yang suka kerja di kebersihan di sampah. Namanya kerja ya disukain aja. Nggak ada cita-cita yang menjadi tukang sampah. Namanya kita harus kerja ya disyukuri aja,” kata Gani.
Sebelum membina berkeluarga, istrinya menerima Gani yang berprofesi sebagai petugas kebersihan.
“Alhamdulillah nggak. Karena dari dulu istri saya sudah bilang saya kerjanya di sampah. Walaupun anak sudah dibilang kerja bapaknya kayak gini. Walaupun ada yang ngomongin bapaknya tukang sampah Alhamdulillah tidak minder sama sekali,” kata bapak tiga anak ini.
Profesi petugas kebersihan memang bukan cita-cita Abdul Gani, namun begitu ia tetap syukuri pekerjaannya tersebut, sehingga setiap helaan nafas dan langkahnya adalah menjadi ladang ibadahnya.
Baca Juga: Musim Hujan, PMI Banten Gelar Pasukan dan Simulasi Bencana Banjir di Kasemen
Gani percaya hidup mati jodoh dan termasuk rezekinya sudah diatur oleh Sang Maha Kuasa Allah SWT. Karena itu, meski pendapatannya hanya Rp 2,2 juta per bulan, ia percaya rezeki untuknya dan keluarganya dari Allah sangat tak terbatas. Saat bertugas tak disangka ada hamba Allah lain yang menyalurkan rezekinya untuk Gani.
“Kalau yang ngasih ada juga. Kadang uang, makanan, sembako. Uang paling besar Rp 50 ribu. Momen seperti biasanya bulan puasa, kadang ngasih uang, sembako, makanan buat buka puasa. Kalau hari-hari biasa jarang. Kadang uang Rp 10 – Rp 20 ribu, kalau hari kadang ada yang ngasih Jumat sarapan,” ujar Gani.
Gani mengaku sekarang diamanahi oleh pimpinannya untuk membawa cator untuk mengangkut sampah.
Sehari-harinya tepatnya pagi hari dan sore hari, ia mengendarai cator menyusuri ruas Jalan Juhdi dan Jalan Tirtayasa untuk mengangkut sampah.
“Dulunya saya penyapu jalan, sekarang saya jadi petugas pengangkut sampah Cator. Jadi saya membantu petugas penyapu jalanan atau petugas kebersihan jalanan. Wilayah operasi saya di Jalan Juhdi dan Jalan Tirtayasa,” tuturnya.
Baca Juga: Aip Rochadi Pustakawan Pekijing Raih Penghargaan Kepustakaan Islam Award 2024
Sejak pagi buta, Gani sudah beredar dari rumahnya di Lingkungan Kuranji, kelurahan Kuranji, Kecamatan Taktakan, Kota Serang. Dari kediamannya, ia beroperasi menuju pusat Kota Serang tepatnya di Jalan Juhdi dan Jalan Tirtayasa, Pasar Royal Kota Serang.
“Dari pagi setengah 05.30-09.00 tergantung sampahnya kalau banyak sampai jam 10.00. Nanti siang mulai lagi dari jam 13.00-16.00 WIB,” ungkap Gani.
Petugas kebersihan tetap harus standby walau sudah ada pembagian dan pembatasan jam kerjanya.
Jika di Kota Serang ada momen besar seperti malam takbiran Idul Fitri, maka ia harus siap untuk turun menjalankan tugas membersihkan dan mengangkut sampah.
“Tapi kadang ditugasin lagi, disuruh turun lagi kalau ada acara, walaupun sudah selesai, kalau ada acara atau momen seperti menjelang Idul Fitri. Tapi biasanya mulainya siang hari, karena ada yang tugas malam takbirannya sampai pagi jam 05.30. Paling kita yang nerusin abis dhuhur sampai sore jam 5 sore,” kata dia.
Gani menjelaskan, setiap sampah yang dibersihkan dan diangkut oleh catornya dibawa ke tempat pembuangan sampah atau TPS Kepandean.
“Sampah dari jalur Jalan Juhdi dan Tirtayasa dibawanya ke TPS Kepandean,” jelasnya.
Sehari kata dia, bisa tiga kali angkut sampah dibawa ke TPS Kepandean. Itu pun jika jumlah atau volume sampah membludak.
“Satu setengah sampai dua kubik. Tapi tergantung sampahnya. Kalau banyak sampai tiga kubik. Kalau satu hari berapa kali angkut? Kalau normal dia kali angkut, banyaknya tiga kali angkut. Tiga kali angkut jumlahnya 5-6 kubik,” katanya.
Gani menerangkan, jadi petugas kebersihan sebenarnya tak ada pilihan lain, karena hanya lulusan sekolah menengah pertama. Ia menjadi petugas kebersihan, karena tawaran dari orangtuanya yang juga berprofesi sebagai petugas kebersihan.
Baca Juga: DP3AKKB dan Puspaga Banten Gelar Sosialisasi Program Pelayanan Jemput Bola
“Karena bapak saya kerja sebagai petugas kebersihan. Mau melanjutkan sekolah keterbatasan biaya. Terus cari kerja susah kata bapak udah di dinas kebersihan aja,” kenang Gani.
Mulanya sempat tidak percaya diri, namun seiring waktu dan terus dimotivasi oleh orangtuanya, lambat laun Gani terus belajar ikhlas mensyukuri profesinya itu.
“Alhamdulillah nyaman. Walaupun dianggap remeh dicemooh orang karena kotor disyukuri aja. Alhamdulillah tidak karena bapak saya aja kerja di kebersihan mengajarkan tidak minder tidak minder, yang penting gak mencuri,” akunya.
Pertama kali kerja sebagai tukang penyapu jalanan di Kabupaten Serang tahun 2006, Gani hanya dibayar kurang dari Rp 500 ribu per bulan.
Baca Juga: Libatkan Media, Untirta Siap Memajukan Pendidikan di Provinsi Banten
Lambat laun gajinya terus naik seiring perkembangan waktu dan kebutuhan hidup bertambah, terlebih sudah memiliki keluarga.
“Awal itu digaji Rp 400-an. Sekarang gaji Rp 22,50 ribu. Itu kotor karena dipotong BPJS,” kata dia.
Gani mengaku tak ada pilihan lain selain mensyukuri profesinya sebagai petugas kebersihan.
“Melihat kemampuan diri sendiri, kalau mau kerja yang lain kita gak bisa belum biasa dan bukan ahlinya, karena gak menggeluti. Walaupun di persampahan kalau disyukuri dinikmati iya betah juga nyaman,” katanya.
Ia juga mengaku pernah mencoba mencari usaha tambahan ikut jualan buah di Pasar Induk Rau, namun tak berlangsung lama, dan akhirnya berhenti, karena belum siap mengelolanya.
Baca Juga: Musim Hujan, PMI Banten Gelar Pasukan dan Simulasi Bencana Banjir di Kasemen
“Pernah nyoba jualan buah di Pasar Rau sama saudara, karena risikonya lebih berat dan gak bisa mengelola jadinya gak lanjut. Gak nyampe dua bulan. Jadi berhenti,” ungkap dia.
Namun bukan Abdul Gani namanya bila mudah menyerah. Suatu saat jika sudah memiliki modal, ia ingin membuka usaha lagi untuk menambah penghasilannya, Gani percaya fisiknya tak sekuat saat muda, karena itu ia berencana membuka usaha kecil-kecilan jika sudah mengantongi modal usaha.
“Ke depan pengen jualan sembako buat nambah pemasukan. Anak-anak saya butuh biaya buat sekolah. Saya kepengen anak-anak saya harus lebih baik dari bapaknya,” tututpnya lirih. ***