BANTENRAYA.COM– Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Cilegon mengingatkan agar para pemilih waspada terhadap informasi hoaks dan ujaran kebencian.
Dimana, hal itu bisa menimbulkan potensi konflik dalam Pilkada Kota Cilegon.
Kepala Divisi Hukum, Pencegahan Partisipasi dan Hubungan Masyarakat Bawaslu Kota Cilegon Subiah menjelaskan, selain waspada warga diminta untuk mengambil langkah aktif dalam melawan hoaks.
Baca Juga: Atasi Kekeringan dan Krisis Air, 14 Titik Sumur Bor di Cilegon Direaliasaikan
“Laporkan jika ada informasi hoaks dan ujaran kebencian kepada Bawaslu Kota Cilegon,” katanya salam acara sosialisasi Pilkada pada Sabtu (26/10).
Subiah menyatakan, pihaknya juga menyampaikan langkah agar warga bisa melawan terhadap hoaks yakni focus emosi dimana hokas cenderung menargetkan kebencian, takut dan kesenangan.
“Kenali emosi saat menilai informasi. Hoaks cenderung memerangkap pembacanya dengan cara memancing rasa benci, takut dan senang,” jelasnya.
Baca Juga: Mengecap Manisnya Bisnis Stroberi dengan Pemberdayaan BRI
Selanjutnya, papar Subiah, amati secara menyeluruh jangan hanya membaca pada judul informasinya saja. Termasuk juga lihat sumber informasi kredibel atau tidak yang mengeluarkannya.
“Jangan hanya membaca judul. Hoaks sering menggunakan judul bombastis yang terkadang bahkan tidak berkaitan dengan isi. Pastikan informasi berasal dari sumber terpercaya. Jangan terjebak informasi tidak jelas,” paparnya.
Beberapa lainnya, jelas Subiah, terapkan akal sehat, ungkap faktanya, awasi penyebaran dan luruskan informasi.
Baca Juga: Berpotensi Kena Masalah, Warga Diimbau Jangan Sembarang Betulkan APK Roboh
“Pertimbangkan apakah informasi itu masuk akal. Jangan terlalu mustahil, curiga sebagai hoaks. Gali fakta sebelum menyebarkan informasi. Cek klarifikasi pada kanal-kanal persiksa fakta atau otoritas yang berwenang,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Forum Alumni HMI Wati (Forhati) Kota Cilegon Ina Sakinah dalam kesempatan tersebut menyatakan, penyebaran informasi tentu tidak bisa terbendung dalam era digital.
Untuk itu, masyarakat harus cerdas membedakan mana yang benar dan keliru.
“Dibutuhkan kemampuan untuk bisa menganalisa, sehingga jangan sembarangan untuk meneruskan informasi,” pungkasnya.***