BANTENRAYA.COM -Pabrik minyak kelapa atau N. V. Maatschappij tot Exploitatie van Olie- fabriek di belakang Rabinza, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. Pabrik tersebut didirikan pada tahun 1918 guna kepentingan Kolonial Belanda.
Berdasarkan pantauan, potret bangunan minyak sangat memprihatinkan karena telihat tidak terawat dan banyak tumbuhan yang tumbuh di bangunan itu.
Sejarawan Lebak, Yoga menjelaskan, berdasarkan informasi pabrik minyak tersebut konon produksinya terbesar se-Asia Tenggara bernama Mexolie.
“Pabrik itu adalah salah satu cara para Belanda mengeruk sumber kekayaan. Bahkan, di sejumlah daerah juga didirikan pabrik yang sama,” kata dia kepada Bantenraya.com, Jumat 30 Agustus 2024.
Baca Juga: Kebakaran Gudang Transmart Serang Ada Korban? Ini Kata Damkar Kota Serang
Ia mengungkapkan, pabrik minyak tersebut bangkrut karena terkalahkan oleh minyak sawit yang harganya lebih murah.
“Pada tahun 2006 atau 2007, pabrik itu berhenti beriperasi, kemudian pabrik semakin terpuruk, mesin rusak, dan para pegawai satu per satu keluar,” ucapnya.
Dilanjutkan Yoga, kemudian puncak bangkrutnya pada tahun 2009. Kini, sejarah pabrik minyak sudah mulai dilupakan oleh masyarakat.
“Karena tidak terawat, banyak warga yang tidak mengetahui sejarah tentang jayanya pabrik minyak di Lebak,” pungkasnya.
Baca Juga: Gelaran Shafara x Ferba BI Banten Genjot Kinerja Keuangan Syariah yang Masih Rendah
Sementara itu, Sejarawan lainnya, Ibnu mengungkapkan, bahwa pabrik terbengkalai itu milik PT Semarang yang pendirinya diduga berasal dari Tionghoa keturunan Jawa.
“Ada berbagai versi ya, yang saya ketahui seperti itu, dulunya ini adalah pabrik menjadi pusat pengiriman minyak kelapa di Banten,” tandasnya.***